Reporter: Leni Wandira | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk (ULTJ) saat ini masih bergantung pada impor bahan baku susu dengan persentase sekitar 65%-80% dari total kebutuhan bahan baku.
Hal ini diungkapkan oleh Corporate Secretary Ultrajaya, Helina Widayani, yang menegaskan bahwa ketergantungan pada impor disebabkan oleh belum mencukupinya kapasitas produksi susu segar dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan industri nasional.
Menurut Helina, dari total kebutuhan bahan baku susu yang dibutuhkan Ultrajaya, 65%-80% masih berasal dari impor. Ini menunjukkan ketergantungan yang cukup besar pada pasokan bahan baku dari luar negeri.
Di sisi lain, Ultrajaya tetap berkomitmen menyerap susu segar dari peternak lokal dengan standar yang telah disepakati dan tanpa pembatasan jumlah.
Baca Juga: Begini Upaya Menperin Dukung Langkah Menteri Pertanian Serap Susu Dalam Negeri
“Perseroan senantiasa menerima susu segar dari peternak lokal sesuai dengan standar yang telah disepakati, dan 100% dari susu segar yang diterima terserap ke dalam produksi kami. Kami belum pernah membatasi penerimaan susu segar,” jelas Helina kepada KONTAN, Selasa (12/11).
Meski tingkat ketergantungan pada impor masih tinggi, Ultrajaya tetap menyerap susu segar dari peternak lokal, termasuk dari koperasi dan industri peternakan di Jawa Barat dan Jawa Timur.
Penyerapan ini dilakukan berdasarkan kualitas dan standar yang ketat. Helina menambahkan bahwa sejauh ini tidak ada masalah signifikan terkait kualitas susu dari pemasok lokal, karena dilakukan quality check saat penerimaan susu. “Ketidaksesuaian langsung diputuskan di awal dan relatif tidak material,” katanya.
Helina menjelaskan bahwa kapasitas produksi susu lokal belum mampu memenuhi kebutuhan perusahaan. Kendala utama yang dihadapi adalah hasil produksi dari peternak lokal yang memang belum mencukupi kebutuhan industri secara nasional.
Baca Juga: Mentan Bakal Wajibkan Industri Serap Susu Peternak Lokal
Kondisi ini menjadi salah satu alasan utama mengapa ULTJ masih harus bergantung pada bahan baku impor untuk menjaga keberlangsungan produksi.
Menyikapi ketergantungan pada impor dan guna menghindari potensi masalah di masa depan, ULTJ telah menyiapkan strategi khusus untuk mendukung peningkatan produksi susu segar dari peternak lokal.
Perseroan bekerja sama dengan koperasi dan industri farming dalam pengelolaan pakan serta penanganan penyakit hewan guna menjaga dan meningkatkan kualitas susu yang dihasilkan.
“Kerja sama ini mencakup penanganan pakan dan penyakit hewan sehingga kualitas produksi tetap baik dan meningkat,” ungkap Helina.
Baca Juga: Peternak Sapi Perah Protes karena Ratusan Liter Susu Tak Terserap, Ini Kata Pengamat
Sebelumnya, Menteri Koperasi Budi Arie Setiadi mengatakan 80 persen pasokan susu untuk memenuhi kebutuhan domestik merupakan susu impor. Karena produksi susu dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan susu domestik.
Berdasarkan data yang dihimpun Budi Arie konsumsi susu nasional pada 2022 dan 2023 masing-masing sebesar 4,4 juta ton dan 4.6 juta ton. “Produksi susu sapi nasional hanya sebesar 837.223 ton atau 20 persen, 80 persen sisanya impor,” kata Budi Arie di Kantor Kementerian Koperasi, Senin (11/12).
Saat ini ada 59 koperasi produsen susu nasional. Pada 2023, jumlah populasi sapi di koperasi produsen susu sebanyak 227.615 ekor. Mereka menghasilkan susu 470 ribu ton. Sedangkan peternakan sapi modern dengan 32.000 ekor sapi mampu menghasilkan susu 164 ribu ton.
Selanjutnya: Begini Upaya Menperin Dukung Langkah Menteri Pertanian Serap Susu Dalam Negeri
Menarik Dibaca: Cuaca Besok di Wilayah Yogyakarta, Hujan Ringan di Empat Kabupaten
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News