kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Sudah Sepi Pembeli, Masih Harus Menjual Stok Lama


Senin, 01 Desember 2008 / 08:24 WIB
Sudah Sepi Pembeli, Masih Harus Menjual Stok Lama


Sumber: KONTAN | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Tampaknya ada yang berubah dengan perilaku konsumen bensin premium selama beberapa hari terakhir. Pemicunya adalah keputusan pemerintah menurunkan harga premium bersubsidi menjadi Rp 5.500 per liter mulai Senin (1/12).

Gara-gara harga akan turun, banyak konsumen menunda pembelian hingga harga premium turun. Alhasil, beberapa hari terakhir, stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) tampak sepi. "Ada penurunan konsumsi sekitar 5%," kata Vice President Corporate Communications PT Pertamina, Anang R. Noor, Minggu (30/11).

Pengusaha merugi

Kondisi ini tentu kurang menguntungkan buat pengusaha SPBU. Menurunnya penjualan premium membuat omzet pengusaha SPBU ikut menyusut. Sudah begitu, mereka masih harus menanggung kerugian atas penjualan sisa stok kemarin. Soalnya, mereka membeli premium tersebut dengan harga lama, yakni Rp 6.000 per liter.

Hal itu membuat pengusaha SPBU tidak berani menambah stok premiumnya. Pasalnya, mereka khawatir, stok tidak habis sehingga harus menjualnya dengan harga baru. "Meski stok tidak boleh kosong, tapi stok premium hari ini tidak kami tambah sehingga pas-pasan," kata Ketua Umum Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) Mohammad Nur Adib, pada Minggu (30/11).

Memang, untuk pengiriman premium pada Minggu (30/12), Pertamina memberikan tambahan marjin keuntungan sebesar Rp 80 per liter pada pengusaha SPBU. Selama ini, Pertamina sudah memberikan marjin pada pengusaha SPBU sekitar Rp 180 sampai Rp 200 per liter. Tambahan marjin ini sebagai kompensasi bila premium tidak habis terjual hari itu.

Namun, tambahan marjin itu tak cukup buat menambal kerugian pengusaha apabila stok premium tidak habis terjual. Soalnya, kerugian SPBU dari setiap liter premium bisa sebesar selisih harga lama dan harga baru dikurangi tambahan marjin keuntungan dari Pertamina. Artinya, kerugian bakal mencapai Rp 420 per liter premium yang terjual.

Dengan konsumsi premium yang mencapai 54.000-58.000 kiloliter per hari, kerugian pengusaha SPBU bisa mencapai
Rp 116 juta per hari.

Sebenarnya, Pertamina bermaksud membantu pengusaha SPBU agar tidak rugi terlalu dalam. Caranya, mereka mengusulkan tambahan marjin Rp 500 per liter. Namun, pemerintah menolak. "Pemerintah hanya setuju tambahan marjin Rp 80 per liter," kata Nur Adib.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×