Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam dua tahun terakhir, PT Wicaksana Overseas International Tbk (WICO) terus berinvestasi membenahi infrastruktur, Sumber Daya Manusia (SDM) dan sistem teknologi informasi (IT).
Direktur WICO Eka Hadi Djaja mengatakan, investasi tersebut dibutuhkan untuk menyokong kinerja pendistribusian barang klien sehingga bisa meningkatkan penjualan. Dengan begitu, emiten penyedia jasa layanan pendistribusian barang ini mulai bisa meraih laba bersih pada tahun depan.
"Kami lagi perjuangkan penjualan meningkat di tahun tahun ke depan. Sehingga struktur yang ada bisa support lebih besar, sehingga benar-benar bisa punya keuntungan dari sana," terang Eka dalam public expose virtual, Kamis (13/8).
Baca Juga: Wicaksana Overseas (WICO) proyeksikan bisa meraih laba bersih di tahun depan
Dia memang tak membeberkan berapa total anggaran yang telah dikucurkan untuk investasi tersebut. Yang jelas, menurut Country Finance Manager WICO Anna Karenina, pada semester I-2020 saja, perusahaan telah menyerap belanja modal alias capital expenditure (capex) sekitar Rp 10 miliar.
Anna memproyeksikan, serapan capex hingga akhir tahun ini tak akan jauh bertambah lantaran perbaikan infrastruktur sudah hampir terpenuhi. "Apabila nanti ada tambahan tidak terlalu signifikan sampai akhir tahun," kata dia.
Lebih lanjut, Eka menyebut bahwa sebagian besar capex bisa dipenuhi dari kas internal. Menurutnya, investasi yang dilakukan WICO sangat penting dalam bisnis distribusi.
"Kami perbaiki infrastruktur yang ada. Dalam distribusi penting sekali kami punya gudang, kendaraan, menunjang penyaluran barang," sebut Eka.
Pada tahun ini Eka memproyeksikan, WICO belum bisa meraih laba bersih. Namun, baru bisa tercapai pada tahun depan. "Kalau tentang profitabilitas, budget kita masih tetap belum beruntung. Tapi kami mengharapkan bisa untung tahun depan," tegas dia.
Sebagai informasi, realisasi penjualan bersih WICO pada tahun 2019 lalu meroket 90,8% menjadi Rp 1,86 triliun. Pada tahun sebelumnya, penjualan bersih yang berhasil diraih WICO hanya Rp 972,3 miliar. Kendati begitu, WICO masih mencatatkan rugi tahun berjalan sebesar Rp 27,56 miliar atau naik 30,18% dari rugi berjalan di tahun 2018 yang sebesar Rp 21,17 miliar.
Menurut Eka, lonjakan penjualan bersih WICO pada tahun lalu terjadi karena adanya kenaikan penjualan atas produk-produk yang didistribusikan terutama untuk klien baru, serta kontribusi dari kategori produk makanan dan minuman.
Sementara itu, rugi tahun berjalan WICO tak lepas dari adanya kenaikan biaya penjualan pada tahun 2019, serta fokus pada investasi di infrastruktur, SDM dan IT. "Dua tahun ini kami berinvestasi ke depan, untuk membangun infrastruktur dan menyediakan SDM sehingga keuntungan masih bisa diraih," ungkapnya.
Baca Juga: Ganti logo, Wicaksana Overseas International mulai perjalanan baru
Untuk meraih keuntungan, WICO pun mengejar pertumbuhan penjualan. Oleh sebab itu, perusahaan pun terus membidik tambahan klien baru. Pada tahun ini, paling tidak ada tambahan 10 klien baru yang diincar WICO.
Klien baru WICO di 2020 antara lain PT Brands Suntory Indonesia (produk Brand's Sari Pati Ayam dan Brand's Bird Nest), PT Interglobe Perkasa (produk snack Cem-cem dan Biskies), PT Atnahs Pharma UK Ltd. (produk obat dari Inggris), PT Mylan N.V (produk suplemen kesehatan asal Belanda), dan Hovid Berhad (salah satu dari lima produsen terbaik di Malaysia).
"Saya kira mungkin ada 10 klien yang kami akan tambahkan tahun ini. Klien penting yang besar kami kira penambahannya terjadi di Semester II tahun ini," ungkap Eka.
Saat ini, WICO memiliki 26 kustomer dan 46 lokasi bisnis dengan lebih dari 200.000 poin distribusi. Sejumlah produk terkenal yang menjadi klien WICO antara lain PT CocaCola Distribution Indonesia (CocaCola, Sprite, Ades dan Frestea), PT Signify Commercial Indonesia (lampu Philips), dan PT Kao Indonesia (Biore, Attack, Laurier).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News