Reporter: Dimas Andi | Editor: Anna Suci Perwitasari
WBA Climate and Energy Benchmark menilai bahwa perusahaan-perusahaan terpilih dapat berkontribusi terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goal (SDG) 13 dan SDG 7 serta memberikan insentif untuk menyelaraskan strategi mereka dengan tujuan pembatasan pemanasan global di bawah 2 derajat celcius sesuai dengan Perjanjian Paris.
Berbekal kapasitas pembangkit terpasang sebesar 43,85 gigawatt (GW), PLN berkomitmen untuk meningkatkan bauran energi baru dan terbarukan (EBT) dari 12% di tahun 2018 menjadi 23% di tahun 2025.
Agung menyebut, PLN telah memiliki kebijakan dan strategi terkait mitigasi perubahan iklim serta telah membentuk unit organisasi khusus untuk pengelolaan mitigasi dan adaptasi iklim. Sekadar info, hingga bulan Mei 2020, kapasitas pembangkit EBT di Indonesia mencapai 7.963 megawatt (MW).
Baca Juga: Indonesia dan IEA bekerja sama di sektor ketenagalistrikan dan energi terbarukan
Dalam program green transformation, PLN memperkenalkan model-model bisnis baru atau green boosters yang mendukung strategi perusahaan untuk pemenuhan target EBT dan mitigasi perubahan iklim. “PLN juga rutin melaporkan hasil inventarisasi emisi gas rumah kaca melalui laporan keberlanjutan,” tambah Agung.
Secara keseluruhan, PLN meraih peringkat 28 dunia mengungguli Tenaga Nasional Berhad, Malaysia (29), Chubu Electric Power, Jepang (32), Tokyo Electric Power Company, Jepang (37), Taiwan Power Company (38), Korea Electric Power Corporation (39) dan Eskom Holdings, Afrika Selatan (41).
Sementara itu, perusahaan listrik Ørsted asal Denmark meraih peringkat pertama dan menjadi acuan bagi perusahaan-perusahaan listrik lain di seluruh dunia. Perusahaan ini memiliki target carbon neutrality di tahun 2040 yang melingkupi seluruh rantai bisnisnya.
Sebagai tambahan, hasil penilaian WBA Climate and Energy Benchmark juga dipublikasikan di laman World Benchmarking Alliance.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News