Reporter: Handoyo | Editor: Dupla Kartini
MAKASSAR. Rumput laut menjadi komoditas unggulan provinsi Sulawesi Selatan. Pasalnya dari total produksi nasional, sekitar 33,33% produksi rumput laut dihasilkan dari wilayah ini. Namun, sayang musim penghujan yang melanda di beberapa kawasan perairan Indonesia, menyebabkan produksi rumput laut diperkirakan turun 20%.
Ketua umum Asosiasi Petani dan Pengelola rumput laut Indonesia (Aspperli) Arman Arfah menuturkan, potensi rumput laut di wilayah Sulawesi sangat besar. "Bisa dikatakan produksi rumput laut di Sulawesi nomor satu di Indonesia," kata Arman kepada KONTAN, Minggu (5/2).
Arman yang juga ketua Koperasi serikat pekerja merdeka indonesia (Kospermindo) merinci, dalam sebulan dapat memproduksi sekitar 1.000 ton. Menurutnya, dari total produksi rumput laut di koperasi binaanya yang terdapat di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah, sekitar 20% atau sebanyak 200 ton dipasarkan ke Philipina, China, Taiwan dan Hongkong.
Dirjen Perikanan Budidaya Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) Ketut Sugema membenarkan, Sulawesi merupakan salah satu produsen rumput laut terbesar di Indonesia, selain Bali. "Produksi rumput laut di Sulawesi termasuk yang paling besar," kata Ketut (4/2).
Gubernur Sulawesi Selatan, Syahrul Yasin Limpo mengutarakan, produktifitas rumput laut di Sulawesi Selatan setiap tahunnya bisa mencapai sekitar 1,5 juta ton, dengan nilai mencapai US$ 1,9 juta.
Dengan luas lahan mencapai 500 hektare (ha), Syahril yakin, dalam waktu dekat Sulawesi Selatan dapat menyaingi Pantai Gading yang hanya memiliki luas lahan sekitar 600 ha. "Sulawesi Selatan sudah siap menjadi sentra rumput laut," kata Syahrul, Sabtu (4/2).
Nilai dari pembudidayaan rumput laut di provinsi Sulawesi Selatan cukup besar. Syahrul mencatat, nilai penjualan rumput laut tahun 2011 lalu mencapai Rp 1,1 triliun. Berdasarkan data KKP, produksi rumput laut secara nasional tahun 2011 telah mencapai 4,2 juta ton, naik 7,7% dibandingkan tahun 2010 yang hanya 3,9 juta ton.
Namun sayang, angin barat yang mulai melanda sejak awal tahun ini juga berdampak pada pembudidayaan rumput laut. Ketut memperkirakan, produksi rumput laut akan sedikit turun, ayitu sekitar 20% dibandingkan bulan-bulan normal. "Ombak besar disertai angin kencang yang melanda perairan Sulawesi Selatan mempengaruhi produksi," terang Ketut. Meski demikian, dia berharap, tahun ini kondisi cuaca baik dan produksi rumput laut ikut meningkat.
Meskipun menjadi salah satu sentra pembudidayaan rumput laut, namun Ketut menyayangkan saat ini masih sedikit ekspor rumput yang berupa produk jadi dan memiliki nilai tambah atau value added. Berdasarkan perhitungan Ketut, saat ini masih sedikit perusahaan pengolahan rumput laut. Paling tidak di Sulawesi ada sekitar empat perusahaan pengolahan rumput laut menjadi tepung rumput laut atau biasa disebut karagenan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News