kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Sumber Melimpah, Penemuan Gas Jumbo di Indonesia Makin Banyak


Selasa, 02 Januari 2024 / 18:15 WIB
Sumber Melimpah, Penemuan Gas Jumbo di Indonesia Makin Banyak
ILUSTRASI. Pertama kalinya Indonesia mendapatkan dua kali penemuan besar (giant discovery) gas di tahun yang sama yakni North Ganal dan South Andaman.


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tahun 2023 lalu, industri migas mencatatkan sejarah baru. Pertama kalinya Indonesia mendapatkan dua kali penemuan besar (giant discovery) gas di tahun yang sama yakni North Ganal dan South Andaman. 

Pada Oktober 2023, ENI mengumumkan penemuan gas di North Ganal, sumur Geng North-1 yang menyimpan gas in place sebesar 5 trilliun cubic feet (TCF). Dengan perkiraan awal discovered resources sebesar +/- 609 MMBOE (recoverable), penemuan ini menjadi salah satu dari tiga besar temuan eksplorasi dunia di 2023.

Kemudian di penghujung 2023, Mubadala Energy menemukan gas besar di South Andaman, Sumur Eksplorasi Layaran-1 dengan potensi gas in place mencapai 6 TCF. Maka penemuan ini bisa melebihi dari penemuan sumur Geng North-1, cekungan Kutai dan masuk ke dalam tiga besar dunia. 

Penemuan gas yang besar ini diapresiasi sejumlah pihak. Ketersediaan gas yang melimpah ini membuat pelaku usaha lebih optimistis dengan prospek industri hulu gas ke depannya. 

Ketua Komite Investasi Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas (Aspermigas) Moshe Rizal mengatakan, secara umum prospek industri hulu gas masih cukup bagus dalam beberapa tahun mendatang. Salah satunya karena ditopang kebutuhan dunia melaksanakan transisi energi. 

“Banyak negara ketergantungan gas, seperti Eropa, Jepang, Korea, China, Amerika, dan beberapa negara lain. Gas dianggap sebagai energi yang lebih bersih atau emisinya paling rendah dibandingkan energi fosil lain,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Selasa (2/1). 

Baca Juga: Ini Sejumlah Pertimbangan KKKS untuk Investasi Hulu Gas di Tanah Air

Melihat itu, Moshe menuturkan, di masa yang akan datang pasar gas terus bertumbuh dan prospeknya masih sangat besar. 

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menyatakan, penemuan gas besar secara beruntun di 2023 menunjukkan keberhasilan kegiatan eksplorasi dan upaya ini akan dilanjutkan di  2024. 

“Kami optimistis perusahaan migas global, International Oil Company (IOC) akan kembali menempatkan Indonesia sebagai portofolio investasinya. Giant discovery secara beruntun mudah-mudahan menjadi game changer industri hulu migas nasional”, kata Dwi dalam keterangan resmi belum lama ini. 

Sekretaris SKK Migas, Shinta Damayanti menyampaikan, selama 10 tahun ke belakang penemuan eksplorasi didominasi gas. 

“Lebih dari 50% sumur eksplorasi dalam satu dekade terakhir berupa gas. Rata-rata Plan Of Development (PoD) atau 70% merupakan pengembangan lapangan gas,” jelasnya. 

Berdasarkan BP Outlook 2021, penambahan cadangan gas atau Reserves to Production Gas di Indonesia dua kali lebih besar dibandingkan minyak bumi. 

Shinta menjelaskan, saat ini Indonesia juga memiliki beberapa proyek strategis nasional (PSN) yakni Indonesia Deep Deepwater Development (IDD), Abadi Masela, dan BP Tangguh Train III & UCC yang semuanya didominasi gas. 

Perinciannya, proyek IDD diprediksi akan menghasilkan gas sebesar 884 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD), BP Tangguh Train III sebesar 700 MMSCFD, BP Tangguh UCC sebesar 476 MMSCFD. 

Adapun Lapangan Abadi Masela akan memproduksi 9,5 juta ton LNG pertahun, 150 juta kaki kubik gas per hari (MMSCFD) untuk gas pipa untuk dialirkan ke industri petrokimia atau pupuk di wilayah sekitar, dan 35.000 barel kondensat per hari. 

“Ini yang menunjukkan pemerintah memberikan perhatian besar pada gas untuk dapat kita kembangkan dan memberikan kontribusi terutama dalam transisi energi. Kita harus punya strategi yang cukup bagus untuk memasarkan gas ini,” kata Shinta. 

Dalam catatan Kementerian ESDM, dalam 10 tahun ke depan Indonesia akan mengalami surplus gas hingga 1.715 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) yang berasal dari beberapa proyek potensial.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM, Tutuka Ariadji mengatakan, untuk memanfaatkan gas yang melimpah, ada dua strategi besar yang akan dilakukan pemerintah. 

Pertama, mengembangkan hilirisasi industri yang di depan menjadi industri tulang punggung negara kita. Jadi gas tidak hanya dimanfaatkan sebagai energi, tetapi juga bahan baku (feedstock),” jelasnya dalam webinar beberapa waktu lalu. 

Kedua, gas dimanfaatkan sebagai jembatan transisi energi dari bahan bakar minyak (BBM) ke energi yang lebih bersih.

Tutuka menyatakan, pemerintah melakukan pendekatan pengembangan gas terintegrasi hulu hilir. Jadi setiap ada penemuan di hulu perlu dihubungkan dengan kebutuhan di hilir misalnya dari industri manufaktur. 

“Jadi pemerintah akan menempatkannya di Rencana Jangka Panjang Menengah Nasional (RJPMN) dan dihubungkan antara hulu dan hilir gas, berikut dengan dukungan infrastrukturnya,” jelasnya. 

Baca Juga: SKK Migas Sebut Produksi Gas Sebesar 5.500 MMSCFD Realistis Dicapai Tahun Ini

Dia mencontohkan, produksi gas di Andaman akan dihubungkan dengan pabrik Pupuk Iskandar Muda (PIM) 3.

Kemudian, produksi gas di Sulawesi bisa dikirim untuk kebutuhan industri methanol.  Atau produksi gas di Genting Oil, Proyek Asap Kido Merah (AKM) akan dialihkan gasnya untuk pembangunan industri pupuk di Fakfak. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×