kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.310.000 -1,13%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Surya Pertiwi (SPTO) optimistis dapat membukukan pertumbuhan positif di tahun ini


Kamis, 08 April 2021 / 16:21 WIB
Surya Pertiwi (SPTO) optimistis dapat membukukan pertumbuhan positif di tahun ini
ILUSTRASI. Aktivitas?pabrik Surya Pertiwi (SPTO)


Reporter: Vina Elvira | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah melewati masa yang berat di tahun lalu, emiten distributor alat sanitasi dan perlengkapan kamar mandi PT Surya Pertiwi Tbk (SPTO) melihat tahun 2021 sebagai waktu yang tepat untuk melakukan pemulihan kinerja bisnis. Pihaknya optimistis akan membukukan pertumbuhan yang positif di tahun ini. 

Direktur Surya Pertiwi, Irene Hamidjaja mengungkapkan, pandemi covid-19 yang tiba-tiba saja datang ke Indonesia, sontak mengganggu hampir setiap segmen bisnis perseroan di tahun lalu. Penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada April tahun lalu, diakui Irene sebagai momentum yang paling berdampak terhadap kinerja perseroan. 

“Selama waktu itu, dealer kami, yang mencapai sekitar 45% dari penjualan kami, tidak dapat mengoperasikan tokonya karena pembatasan,” ungkap Irene kepada Kontan, Rabu (7/4).

Baca Juga: Melihat strategi Surya Pertiwi (SPTO) bertahan di tengah pandemi Covid-19

Selain dealer-dealer yang tutup sementara, pengembangan sejumlah pengembangan properti pun ikut tertunda. Hal itu, dikatakan Irene turut berdampak terhadap kinerja bisnis perseroan, karena salah satu sumber pendapatannya berasal dari pengadaan proyek properti. 

“Seperti yang diperkirakan, tahun 2020 adalah tahun yang cukup berat untuk perusahaan. Pandemi covid-19 telah menyebabkan banyak ketidaknyamanan dan mengganggu operasi bisnis sepanjang tahun, karena Indonesia berharap dapat mengendalikan pandemi dengan mengeluarkan lockdown dan PSBB,” ujarnya. 

Meskipun begitu, emiten berkode saham SPTO ini cukup beruntung, lantaran didukung oleh kondisi keuangan perseroan yang sehat. Sehingga, SPTO dapat mengatasi dampak dari pandemi tersebut dengan baik. “Untungnya, perseroan didukung oleh neraca yang relatif kuat, hutang yang rendah dan biaya pembiayaan yang rendah,” sebutnya. 

Irene mengungkapkan, kondisi bisnis perseroan mulai menunjukkan perbaikan pada pertengahan tahun 2020 lalu. Hal itu terjadi, seiring dengan pelonggaran peraturan PSBB juga saat mulai diserukannya protokol kesehatan dan aktivitas new normal. “Momentum ini berlanjut hingga akhir tahun, dimana Perseroan membukukan penjualan terbaik pada kuartal keempat,” kata Irene. 

Sebagai gambaran, pendapatan neto perseroan di sepanjang Januari-September 2020 tercatat menurun 16,3% yoy. Berdasarkan laporan keuangan Kuartal III 2020, SPTO memperoleh pendapatan neto sebesar Rp 1,34 triliun. Sedangkan pada periode yang sama tahun lalu, emiten mencetak pendapatan hingga Rp 1,60 triliun. 

Untuk memulihkan kinerja bisnisnya di tahun ini, SPTO akan memfokuskan agenda bisnisnya pada pemeliharaan pangsa pasar yang telah mereka bangun selama ini. Salah satunya dengan cara membangun hubungan yang baik dengan para dealer juga distributor yang sudah tersebar di sejumlah wilayah di Indonesia. 

“Sejalan dengan pemulihan ekonomi, setidaknya kita harus dapat mempertahankan pangsa pasar dan siap untuk pemulihan permintaan, terutama di sektor properti,” ungkapnya. 

Mengutip catatan Kontan.co.id sebelumnya, per Juni 2020, jaringan distributor Surya Pertiwi tercatat mencapai 11 distributor tunggal eksklusif yang tersebar di 14 kota besar di luar Jabodetabek dan Surabaya. SPTO juga memiliki lebih dari 100 toko atau dealer di wilayah Jabodetabek dan Surabaya. 

Di samping pemeliharaan pangsa pasar yang sudah ada, emiten ini juga akan memperkuat lini bisnisnya di segmen penjualan online. Meskipun kontribusi penjualan online masih terbilang sangat mini, yaitu di bawah 1%. Namun,terang Irene, produk SPTO sudah bisa dijumpai di sejumlah market place terpopuler di Indonesia.

SPTO tidak menganggarkan alokasi belanja modal atawa capex dengan nominal yang terlalu besar di tahun ini, yakni Rp 100 miliar. Dana tersebut sebagian besar hanya akan digunakan untuk biaya pemeliharaan (maintenance capex). “Tidak begitu banyak karena tahun ini belum ada rencana untuk ekspansi pabrik lagi. Sumber dana berasal dari kas internal Perseroan,” tambahnya. 

Sedikit informasi, beberapa tahun lalu  SPTO telah melakukan ekspansi pabrik di Gresik, Surabaya. Irene bilang, lahan yang dimilikinya cukup untuk 10 lini produksi, namun saat ini baru berkembang menjadi dua pabrik. Kedepannya, SPTO siap untuk melakukan ekspansi seiring dengan pertumbuhan permintaan. Barulah SPTO membutuhkan capex yang besar ketika akan mengembangkan lini pabrik ketiga. 

Irene tidak bisa memerinci berapa target pertumbuhan pendapatan yang ingin dicapai di tahun ini. Namun, pihaknya optimistis akan mengerek keuntungan seiring dengan pemulihan ekonomi yang mulai berjalan di tanah air. “Kami cukup positif atas pertumbuhan penjualan tahun ini, mengingat tahun lalu adalah basis yang rendah,” pungkasnya.

Selanjutnya: Surya Toto Indonesia (TOTO) bidik pertumbuhan penjualan 4,8% pada 2021

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×