kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Syarat rapid test untuk naik pesawat ditiadakan, ini respon industri pariwisata


Kamis, 13 Agustus 2020 / 19:21 WIB
Syarat rapid test untuk naik pesawat ditiadakan, ini respon industri pariwisata
ILUSTRASI. rapid test Covid-19 di kawasan Bandara Soekarno Hatta


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Anna Suci Perwitasari

Jika rencana penghapusan rapid test virus corona untuk naik pesawat terealisasi, Maulana memproyeksikan pasti akan ada kenaikan permintaan di sektor pariwisata. Namun Maulana belum bisa memerinci angka pasti peningkatannya karena masih ada faktor lain yang mempengaruhi ekosistem berpergian seseorang. 

"Namun bagaimanapun, kebijakan dihilangkannya kewajiban rapid test sudah menjadi pintu yang membuka untuk menggerakkan lagi ekonomi. Orang tidak ada hambatan untuk bergerak," kata Maulana. 

Meski menurut PHRI peniadaan rapid test bakal berdampak positif bagi sektor pariwisata, pelaku usaha di bidang perhotelan maupun travel agent masih sangsi. 

Baca Juga: Genjot pemulihan sektor pariwisata, Menko Luhut dorong wisatawan domestik

Dihubungi terpisah, Corporate Public Relations PT Grahawita Santika Prita Gero menjelaskan dampak kebijakan tersebut masih fifty-fifty ke okupansi hotel. 

"Saat ini masih banyak ketidakpastian sehingga belum bisa dipastikan. Sejauh ini masyarakat masih takut berpergian karena kondisi yang masih belum aman," kata Prita. 

Oleh sebabnya menurut Prita, peniadaan tersebut tidak serta-merta dapat menaikkan okupansi hotel. 

Begitu juga dengan Direktur Utama PT Bayu Buana Tbk Agustinus Pake Seko yang menilai bahwa peniadaan rapid test untuk naik pesawat tidak banyak mempengaruhi sektor pariwisata. 

Baca Juga: Sektor pariwisata terpuruk, kinerja Bayu Buana (BAYU) di paruh pertama tertekan

"Sebab saat ini yang terjadi bukan masalah buying power, masyarakat masih punya kemampuan belanja baik itu di segmen korporasi maupun ritel," kata Agustinus. 

Dia menyatakan, saat ini segmen korporasi dan ritel masih memprioritaskan soal kesehatan dan keamanan di tengah pandemi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×