Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Anastasia Lilin Yuliantina
JAKARTA. Porsi kontribusi bisnis ritel yang masih kecil memicu PT Catur Sentosa Adiprana Tbk melanjutkan strategi tahun ini. Untuk target tahun depan perusahaan itu masih ingin fokus menggenjot pasar ritel.
Tak heran jika mayoritas alokasi dana belanja modal tahun 2015 masuk ke keranjang ekspansi pasar ritel. Catur Sentosa berencana memakai Rp 150 miliar dari total alokasi belanja modal Rp 200 miliar untuk menambah tiga gerai Mitra 10.
Rencananya gerai yang menjual bahan bangunan itu akan hadir di tiga kota yakni Palembang Sumatra Selatan, Lampung dan Pamulang Banten. "Sisa dana belanja modal untuk distribusi," papar Idrus Hermawan Widjajakusuma, Sekretaris Perusahaan Catur Sentosa Adiprana kepada KONTAN, kemarin (26/11).
Perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan kode saham CSAP itu berharap, penambahan gerai Mitra 10 bisa memperbesar pendapatan ritel. Perusahaan itu masih mengejar target kontribusi pendapatan ritel 30% dan target kontribusi pendapatan distribusi sebesar 70%.
Target komposisi itu kontribusi itu sama persis dengan tahun ini. Catur Sentosa merasa perlu mengejar target itu kembali lantaran memprediksi target itu belum bisa terpenuhi tahun ini.
Berangkat dari catatan perusahaan itu, hingga akhir September 2014, kontribusi pendapatan ritel berada di kisaran 28% terhadap total pendapatan CSAP. Sisanya, 72% dari pendapatan distribusi.
Selain Mitra 10, Catur Sentosa juga meraup pendapatan ritel dari gerai furnitur bernama Atria. Berbeda dengan Mitra 10 yang ditargetkan bertambah sekitar dua gerai per tahun, manajemen Catur Sentosa tak terlampau ekspansif menambah gerai Atria.
Tahun depan, perusahaan itu tak berencana menambah gerai Atria. Idrus beralasan, perusahaannya baru membuka gerai Atria pada bulan Oktober 2014. "Kami memang menargetkan untuk menambah satu sampai dua toko Mitra 10 setiap tahun tapi kalau Atria tidak," ungkap Idrus.
Menaikkan harga
Sementara itu atas kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, manajemen perusahaan Catur Sentosa memastikan tidak akan terdampak signifikan ke biaya perusahaan. Pasalnya, biaya BBM hanya berkontribusi 0,5% terhadap total beban operasional. Hitungan Idrus, pasca harga BBM bersubsisi naik Rp 2.000 per liter, kontribusi biaya BBM hanya akan naik menjadi 0,7%.
Namun, bukan berarti Catur Sentosa bakal anteng mempertahankan harga jual. Idrus bilang, dampak kenaikan harga BBM kemungkinan justru berdampak bagi para pemasok produk. "Jika para pemasok menaikan harga jual, maka mau tidak mau kami juga turut menyesuaikan harga jual," ujar Idrus.
Catur Sentosa belum bisa memutuskan perkiraan kenaikan harga jual di gerainya. Namun, patut dicatat, disamping potensi mengerek harga jual sebagai dampak kenaikan harga BBM, perusahaan itu biasanya memang menaikkan harga jual saban tahun. Rata-rata kenaikan harga jual per tahun adalah 5%-7%.
Hingga September 2014, Catur Sentosa mencatatkan pertumbuhan pendapatan distribusi 7%. Besar pertumbuhan ini jauh dari capaian periode yang sama tahun 2013, yang meningkat 23%.
Hal senada terjadi pada pendapatan ritel. Sepanjang Januari–September, lini pendapatan itu hanya mampu tumbuh 18%. Padahal pada periode yang sama tahun 2013 masih bisa melejit 36%.
Beruntung, meski pertumbuhan kedua sumber pendapatannya melorot, Catur Sentosa masih mencatatkan kenaikan penjualan dan laba bersih. Penjualan hingga September 2014, tercatat Rp 5 triliun, atau naik 8%.
Sementara laba tahun berjalan mendaki 88,48%. Laba sepanjang sembilan bulan 2014 mencapai Rp 77,69 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News