Reporter: Siti Masitoh | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis kemasan (packaging) plastik diyakini akan terus tumbuh sepanjang 2022. Memasuki awal tahun ini, industri hilir plastik meningkat sekitar 85%.
“Kondisi kemasan plastik ini sudah mulai bagus, secara demand dalam negeri mendekati pulih sebelum pandemi. Tetapi industri hilirnya cukup bagus sudah mendekati 85%,” tutur Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Aromatik Olefin dan Plastik (Inaplas) Fajar Budiono kepada Kontan.co.id, Minggu (28/2).
Kondisi tersebut disebabkan barang jadi impor mengalami kendala lantaran adanya gangguan logistik akibat kelangkaan kontainer secara global. Sehingga demand dalam negeri bisa terisi penuh oleh supply lokal, dan membuat industri hilirnya meningkat hingga 85%.
Selain itu, Fajar mengatakan, sebelumnya penggunaan tersier packaging didominasi oleh barang-barang kesehatan. Namun saat ini, sudah mulai didominasi oleh sektor pertanian dan infrastruktur sudah mulai meningkat. Menurutnya ini sudah menunjukkan adanya perbaikan seiring dengan pemulihan ekonomi.
Baca Juga: Industri Pengolahan Buah Berhasil Tembus Pasar AS hingga Korea, Ini Pendorongnya
Bahkan saat ini permintaan dari produk kemasan dari sektor lainnya seperti makanan-minuman hingga kemasan pun meningkat karena dipergunakan untuk packaging paket belanja online. “Tren online delivery sedang meningkat, bahkan meningkat dari pertengahan 2020 sampai awal 2022 ini, sehingga kebutuhan kemasannya juga tinggi,” jelas Fajar.
Adapun, saat ini, utilitas rata-rata pabrik kemasan di sektor hulu sudah berada di kisaran 95%. Fajar optimis, utilitas pabrik kemasan tetap berada di level yang tinggi mengingat permintaan kemasan akan terus meningkat saat memasuki momen Ramadan dan Lebaran.
Meski diyakini bisnis kemasan plastik akan terus tumbuh, Fajar kurang setuju jika pemerintah terburu-buru menerapkan cukai plastik maupun minuman berpemanis. Sebab, momentum pemulihan ekonomi yang saat ini mulai membaik, akan terganggu dengan adanya penerapan cukai baru tersebut.
Sebagai informasi, pemerintah masih melakukan evaluasi untuk menambah jumlah barang kena cukai, seperti pengenaan cukai plastik dan minuman berpemanis. Penambahan jumlah ini akan bergantung pada evaluasi pemulihan ekonomi di semester I 2021. Mengingat, di awal tahun pandemi Covid-19 melonjak lagi akibat adanya varian Omicron.
Baca Juga: Dharma Polimetal (DRMA) Siapkan Dana Rp 247 Miliar untuk Ekspansi
“Jangan sampai saat industri plastik ini mulai membaik dan pemulihan ekonomi juga mulai membaik malah terganggu dengan adanya penerapan cukai baru ini. Pemerintah harus membuat pilihan, padahal harga komoditas kita sedang bagus-bagusnya,” kata Fajar.
Dengan begitu, Fajar meminta agar pemerintah mempertimbangkan sumber penerimaan lain, selain dari cukai, juga terus menggenjot pemulihan ekonomi agar daya beli masyarakat mulai pulih dan meningkat kembali.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News