kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,02   -8,28   -0.91%
  • EMAS1.318.000 0,61%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tambah kapasitas, Alkindo Naratama bakal bangun pabrik kertas cokelat baru tahun ini


Minggu, 12 Januari 2020 / 20:23 WIB
Tambah kapasitas, Alkindo Naratama bakal bangun pabrik kertas cokelat baru tahun ini
ILUSTRASI. Direktur Utama PT Alkindo Naratama Tbk., Herwanto Sutanto (tengah) berbincang bersama Direktur, Erik Sutanto (kanan) dan Direktur Independen, Kuswara sambil memegang produk kertas mereka seusai menggelar Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan Tahun Buku


Reporter: Muhammad Julian | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Alkindo Naratama Tbk ingin terus memperkuat lini bisnis kertas cokelat yang dikelola oleh anak usaha perseroan, yakni  PT Eco Paper Indonesia (EPI).

Rencananya, emiten kertas dan bahan kimia yang memiliki kode saham ALDO ini akan membangun pabrik kertas cokelat anyar berkapasitas 150.000 ton per tahun pada tahun akhir kuartal I mendatang.

Dengan demikian, kapasitas produksi kertas cokelat perseroan akan meningkat dari yang semula sebesar 70.000 ton per tahun menjadi 220.000 ton per tahun

Baca Juga: Usai akuisisi Eco Paper Indonesia, saham Alkindo Naratama (ALDO) melejit 386,96%

Rencana ekspansi ini dilakukan guna menyambut peluang pasar kertas cokelat global dan domestik yang diperkirakan akan terus membaik pasca pelarangan impor bahan baku daur ulang, termasuk di antaranya old corrugated containers (OCC) atawa kertas bekas di China pada tahun 2017 lalu.

Pasalnya, kebijakan yang demikian disinyalir mengganggu arus pasokan bahan baku kertas bekas ke China sehingga berdampak pada semakin menurunnya kegiatan industri kertas cokelat di negara tersebut.

Hal ini diyakini akan mengurangi penguasaan pasar perusahaan-perusahaan kertas cokelat China di pasar global, termasuk di antaranya di Indonesia.

“Kita punya kesempatan yang baik untuk mengambil kue yang ditinggalkan sama China ini, makanya ALDO juga berperan aktif untuk ikut mengambil bagian,” ujar Direktur PT Alkindo Naratama Tbk, Erik Sutanto kepada Kontan.co.id akhir pekan lalu.

Baca Juga: Alkindo Naratama (ALDO) resmi mengakuisisi Eco Paper Indonesia

Lebih lanjut, pria yang akrab disapa Sutanto ini mengatakan bahwa porsi penguasaan pasar yang dikuasai China di pasar kertas cokelat Indonesia tidaklah kecil.

Ia mencatat bahwa angka permintaan kertas cokelat nasional mencapai 4,2 juta ton per tahunnya. Sementara itu, pemain-pemain besar kertas cokelat lokal apabila digabungkan baru mampu memproduksi sekitar 2,5 juta ton per tahunnya.

Oleh karenanya, sekitar 1,7 juta ton konsumsi kertas cokelat sisanya sebelumnya masih dikuasai oleh perusahaan-perusahaan kertas cokelat China beserta sejumlah pemain kertas cokelat kecil yang ada di dalam negeri. Ceruk inilah yang akan disasar oleh ALDO untuk mengerek kinerja lini bisnis kertas cokelat.

Pembangunan pabrik baru akan memanfaatkan lahan eksisting seluas 20 hektare (ha) dari pabrik kertas cokelat EPI yang berlokasi di Subang. Adapun nilai investasi yang dibutuhkan untuk pembelian mesin dan pembangunan pabrik baru diperkirakan kurang lebih sebesar Rp 350 miliar.

Pembiayaan dari agenda ekspansi ini rencananya akan sepenuhnya memanfaatkan pendanaan eksternal dari pasar modal melalui skema Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) alias rights issue.

Baca Juga: Alkindo Naratama (ALDO) Akan Akuisisi Pemasok Bahan Baku

Oleh karenanya, perseroan berencana akan meminta persetujuan para pemegang saham melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) serta meminta restu Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di kuartal I tahun ini.

Jika tak ada aral melintang, pembangunan pabrik dan pembelian mesin baru diharapkan sudah bisa dilakukan pada akhir kuartal I atau selambat-lambatnya pada kuartal kedua tahun ini.

Baca Juga: Akuisisi EPI, Alkindo Naratama (ALDO) gelar rights issue kuartal I-2019

Adapun proses pembangunan pabrik dan pemasangan mesin-mesin baru diperkirakan akan memakan waktu 13 hingga 15 bulan, sehingga pabrik baru diharapkan sudah bisa beroperasi dan berkontribusi dalam mengerek penjualan perseroan di kuartal IV 2021 mendatang.

“Dampak kenaikan penjualannya baru akan terasa secara penuh di tahun 2022, karena 2021 itu dampak peningkatannya cuma kebagian di kuartal terakhir,” kata Sutanto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×