Reporter: Muhammad Julian | Editor: Yudho Winarto
Oleh karenanya, sekitar 1,7 juta ton konsumsi kertas cokelat sisanya sebelumnya masih dikuasai oleh perusahaan-perusahaan kertas cokelat China beserta sejumlah pemain kertas cokelat kecil yang ada di dalam negeri. Ceruk inilah yang akan disasar oleh ALDO untuk mengerek kinerja lini bisnis kertas cokelat.
Pembangunan pabrik baru akan memanfaatkan lahan eksisting seluas 20 hektare (ha) dari pabrik kertas cokelat EPI yang berlokasi di Subang. Adapun nilai investasi yang dibutuhkan untuk pembelian mesin dan pembangunan pabrik baru diperkirakan kurang lebih sebesar Rp 350 miliar.
Pembiayaan dari agenda ekspansi ini rencananya akan sepenuhnya memanfaatkan pendanaan eksternal dari pasar modal melalui skema Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) alias rights issue.
Baca Juga: Alkindo Naratama (ALDO) Akan Akuisisi Pemasok Bahan Baku
Oleh karenanya, perseroan berencana akan meminta persetujuan para pemegang saham melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) serta meminta restu Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di kuartal I tahun ini.
Jika tak ada aral melintang, pembangunan pabrik dan pembelian mesin baru diharapkan sudah bisa dilakukan pada akhir kuartal I atau selambat-lambatnya pada kuartal kedua tahun ini.
Baca Juga: Akuisisi EPI, Alkindo Naratama (ALDO) gelar rights issue kuartal I-2019
Adapun proses pembangunan pabrik dan pemasangan mesin-mesin baru diperkirakan akan memakan waktu 13 hingga 15 bulan, sehingga pabrik baru diharapkan sudah bisa beroperasi dan berkontribusi dalam mengerek penjualan perseroan di kuartal IV 2021 mendatang.
“Dampak kenaikan penjualannya baru akan terasa secara penuh di tahun 2022, karena 2021 itu dampak peningkatannya cuma kebagian di kuartal terakhir,” kata Sutanto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News