Reporter: Hikmah Yanti,Havid Vebri | Editor: Test Test
JAKARTA. Ini kabar buruk buat para pengusaha. Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) akan mengurangi pasokan gas bagi pelanggan industri. Jumlahnya sekitar 200 juta kaki kubik per hari atawa billion british thermal unit per day (BBTUD).
PGN mengurangi pasokan karena harus menambah kiriman gas ke PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebesar 200 BBTUD. "Akibatnya, volume gas yang kami jual ke industri berkurang sebesar yang kami jual ke PLN," ujar Direktur Utama PGN Hendi Prio Santoso di Jakarta, Kamis (25/9).
Pelanggan industri yang bakal mengalami defisit pasokan gas terparah berada di Jawa Barat, Jawa Timur, dan Sumatera Utara. Tentunya, ini makin memukul kinerja industri di tiga wilayah itu.
Produksi mereka bakal makin terhambat. Maklum, selama ini PGN belum bisa memenuhi gas yang mereka butuhkan. Hendi pun mengakuinya. "Kebutuhan gas bagi pelanggan industri yang belum bisa kami penuhi mencapai 1.290 BBTUD," ucapnya.
Menurut Hendi, itu terjadi lantaran seretnya pasokan gas dari kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) minyak dan gas bumi. "Hingga tahun 2014 saja, potensi perolehan gas PGN hanya sekitar 800-900 BBTUD," ucapnya.
Celakanya, belakangan makin banyak industri beralih menggunakan gas. Persisnya, sejak harga bahan bakar solar melonjak tinggi. Akibatnya, volume penjualan gas PGN selama semester I/2008 mencapai 551 BBTUD. Angka itu naik 29% dibanding periode yang sama tahun lalu yang hanya 389 BBTUD.
Hendi bilang, gas banyak diburu karena lebih irit dibanding bahan bakar solar. "Penghematannya mencapai Rp 45 triliun dalam setahun," imbuhnya. PLN juga lebih hemat bila memakai gas. Perusahaan setrum itu bakal menghemat isi koceknya hingga Rp18 triliun bila memakai gas.
Itulah yang memicu perusahaan setrum itu minta tambahan pasokan gas ke PGN. Hendi bilang, PGN lebih memilih menyalurkan gas ke PLN dibanding pelanggan industri karena mempertimbangkan dampak ekonomi nasional. Selain itu, PLN juga bersedia membayar dengan harga US$ 5,5 per MMBtu (mile mile british thermal unit). "Jadi kami sama sekali tak rugi, karena PLN bersedia membayar sesuai harga yang dibayar industri," tutur Hendi.
Keputusan PGN mengurangi pasokan gas bagi pelanggan industri sontak menuai protes keras dari kalangan pelaku usaha. Ketua Umum Asosiasi Industri Aneka Keramik Indonesia (Asaki) Achmad Wijaya mengatakan, pemangkasan jatah gas bagi pelanggan industri bakal memperkuat keinginan sejumlah produsen untuk merelokasi pabrik ke luar negeri. "Keputusan PGN itu membuat iklim usaha menjadi kian tak kondusif," ujar Achmad, Kamis (25/9).
Menurut Achmad, tak seharusnya kebijakan mengatasi krisis pasokan listrik mengorbankan industri. Achmad bilang, sebelumnya industri sempat tenang dengan dibangunnya pipa transmisi gas bumi Sumatera Selatan Jawa Barat (SSWJ). Tapi, itu tetap tak menjawab masalah seiring dilakukannya pengurangan jatah gas bagi pelanggan industri.