Reporter: Azis Husaini | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID -TEMBAGAPURA. Sesuai masa Kontrak Karya Freeport Indonesia sebelumnya yang berakhir tahun 2021, mineral tembaga, emas, dan perak di tambang terbuka Grasberg memang jauh hari sudah diprediksi akan habis pada pertengahan tahun ini. Tambang dengan produksi tiga juta ton konsentrat per tahun itu sudah beroperasi sejak tahun 1990-an.
Meski sudah mengakhiri era Kontrak Karya dan akan menutup tambang Grasberg, Freeport sudah mendapatkan izin usaha pertambangan khusus (IUPK) sampai 2041 dan sangat memungkinkan Freeport meneruskan penambangannya di lokasi underground mine. Saat ini Indonesia melalui PT Inalum sudah menjadi pemegang saham mayoritas Freeport sebesar 51,2%.
Tambang underground mine Freeport berada di sekitar 1.700 meter di bawah permukaan dataran tinggi Grasberg yang setinggi 4.200 meter di atas permukaan laut (mdpl). Asal tahu saja, sebelum menemukan cadangan di Grasberg, sejak tahun 1967 perusahaan Amerika Serikat itu sudah menambang tembaga, emas dan perak di tambang Ertsberg yang lokasinya persis di bawah tambang terbuka Grasberg.
Saat ini Ertsberg sudah menjadi reservoir air yang digunakan untuk operasional di atas dengan cara dipompa ke atas. Presiden Direktur Freeport Indonesia Tony Wenas mengatakan, saat ini tambang terbuka Grasberg memasuki masa transisi ke tambang underground mine yang sudah dibangun sejak tahun 2015. "Grasberg akan tutup pertengahan tahun ini, kita beralih ke tambang bawah tanah," imbuh dia, Jumat (5/5).
Saat ini jumlah haul truck operasional yang menambang di lokasi Grasberg juga sudah jauh berkurang sekitar 60%, atau tinggal 80 sampai 90 haul truck dan alat berat yang beroperasi. Kata Tony, penutupan tambang Grasberg ini sudah dikoordinasikan dengan Kementerian ESDM dan proses penutupan di beberapa lokasi tengah disiapkan. "Kami punya kewajiban reklamasi saat ini terus melakukan rapat dengan pemerintah," imbuhnya.
Tak hanya itu, Freeport juga memiliki proyek geoteknik tambang bernama Wanagon yang nantinya membuat dinding tambang Grasberg yang sudah selesai ditambang tidak runtuh. Preyek ini akan berlangsung sampai tahun 2024. Selain proyek Wanagon, ada pula kewajiban reklamasi 880 hektare (ha) untuk reklamasi yang saat ini sudah dikerjakan 400 ha atau sekitar 25%.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mengatakan, penutupan paska tambang atau restorasi tambang Grasberg harus bekerjasama dengan Badan Geologi Kementerian ESDM. Supaya nantinya, di kemudian hari tidak terjadi masalah. "Undang tim geoteknik dan barengan dengan tim Freeport, jika ada komplen itu ada konfirmasi dari pemerintah nantinya," ujarnya.
Bambang Gatot Ariyono Dirjen Minerba Kementerian ESDM menjelaskan, saat ini reklamasi dan stabilitasi lereng harus dilakukan Freeport. "Biar bagaimana pun Freeport harus bertanggung jawab," imbuh dia.
Makanya, Freeport diberikan waktu untuk bisa melakukan reklamasi dan geoteknik di lereng-lereng tambang agar tidak runtuh. "Saya kira memang mudah saja, tanami pohon dan stabilitasi lereng," ujarnya.
Bambang juga meluruskan, bahwa produksi Freeport turun bukan karena BUMN masuk sebagai pemegang saham 51,2%, tetapi Freeport memang masuk masa transisi lantaran Grasberg akan ditutup dan masuk tambang bawah tanah. "Nanti tahun 2022, produksinya akan naik lagi," kata dia.
Dalam laporan kinerja kuartal I-2019 yang dikeluarkan Freeport-McMoran Inc (FCX), produksi tembaga PTFI hanya sebanyak 145 juta pon, atau merosot 53,38% dari produksi kuartal I tahun lalu yang sebesar 311 juta pon. Sedangkan produksi emas PTFI melorot 72,77% menjadi 162.000 ounce dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 595.000 ounce.
Tony mengatakan, bahwa dari tahun 2041, cadangan Freeport masih bisa ditambang sampai 15 tahun ke depan karena cadangannya masih ada sekitar 2 miliar ton bijih. "Bahkan kalau terus dieksplorasi di lokasi lain, bisa mendapatkan tambahan sekitar 10 tahun lagi usia cadangannya," ungkap dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News