kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.965.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.830   0,00   0,00%
  • IDX 6.438   38,22   0,60%
  • KOMPAS100 926   8,20   0,89%
  • LQ45 723   5,45   0,76%
  • ISSI 205   2,17   1,07%
  • IDX30 376   1,61   0,43%
  • IDXHIDIV20 454   0,42   0,09%
  • IDX80 105   1,01   0,98%
  • IDXV30 111   0,45   0,40%
  • IDXQ30 123   0,28   0,22%

Tanaman tak rata, produksi kopi sulit naik


Kamis, 26 Februari 2015 / 16:06 WIB
Tanaman tak rata, produksi kopi sulit naik
ILUSTRASI. Aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur dapat membantu mengurangi peradangan asam urat.


Reporter: Mona Tobing | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) memperkirakan produksi kopi tanah air tahun ini tak akan banyak berubah seperti tahun lalu. Yakni sekitar 600.000 ton.

Dimana dari total produksi kopi tahun ini yang sekitar 600.000 ton, sekitar 500.000 ton dialokasikan untuk pasar ekspor dan sisanya untuk konsumsi pasar lokal.

Pranoto Soenarto Wakil Ketua Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) mengatakan, hal tersebut dikarenakan dampak dari cuaca yang kering. Selain itu, produktivitas juga sulit dinaikkan karena program pemerintah untuk intensifikasi tanaman kopi tidak rata di daerah penghasil kopi.

Padahal menurut Pranoto, permintaan kopi dunia diperkirakan akan naik hingga 24% dalam lima tahun mendatang, sehingga peningkatan produksi harus sudah dimulai.

International Coffee Organization (ICO) mencatat, permintaan biji kopi ditaksir naik menjadi 175,8 juta kantong pada tahun 2020 dari 14,16 juta kantong. Sedangkan, produksi kopi dunia menurut ICO akan mengalami penurunan dari 146,7 juta kantong di tahun lalu menjadi 141 juta kantong di tahun ini.

Pranoto mengatakan, ketimpangan antara kebutuhan dan suplai tersebut sejatinya merupakan peluang bagi Indonesia. Hanya saja menurutnya Indonesia kesulitan mendongkrak produksi karena jumlah tanaman baru dan lama tidak seimbang.

Jumlah pohon kopi yang sudah 'uzur' mencapai 80%, sedangkan tanaman pohon kopi baru hanya 20%. “Indonesia belum terlambat untuk memulai memperbanyak tanaman kopi baru,” kata Pranoto, Kamis (26/2).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×