Reporter: Vatrischa Putri Nur | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lonjakan impor barang-barang dari China terjadi pada Mei 2025. Nilai impor dari China mencapai US$ 6,8 miliar, naik 21,43% secara yoy.
Menurut BPS, impor dari China didominasi produk nonmigas. Nilainya sepanjang Januari–April 2025 mencapai 25,77 miliar dollar AS atau 39,48 persen dari total impor. Tiga komoditas utama dari China antara lain mesin dan peralatan mekanis (HS 84), mesin listrik dan perlengkapannya (HS 85), serta kendaraan dan bagiannya (HS 87).
Mengomentari hal ini, Ketua Asosiasi Pengusaha Sepeda Indonesia (Apsindo), Eko Wibowo Utomo membenarkan bahwa pangsa pasar sepeda di Indonesia kini didominasi produk impor, dan mayoritas dari China.
"Wah, kalau sepeda impor itu lebih besar dari produksi lokal. Kalau kita lihat realitas pasar kita kan menengah ke bawah lebih banyak, pasarnya bisa 60%-70% itu barang China yang murah," ujar Eko kepada Kontan, Senin (16/6).
Baca Juga: Pengusaha Khawatir Industri Elektronik Lokal Redup Dihantam Produk Impor dari China
Eko menjelaskan bahwa mayoritas sepeda yang diincar oleh masyarakat kini ialah sepeda listrik, dan sepeda listrik belum ada yang sepenuhnya diproduksi di dalam negeri.
"(Sepeda listrik) asalnya dari China, belum ada yang dari Indonesia. Rata-rata itu mereka masuk dengan komponen di-assembly di sini," tambahnya.
Produk China yang masuk ke dalam negeri kebanyakan masih berupa komponen, belum secara full bike. Eko mengatakan kondisi ini bertujuan untuk menghindari pajak masuk yang hampir 40% dan meminimalisir volume pengiriman.
Baca Juga: Tren Bersepeda Redup, Begini Prospek Penjualan Sepeda pada 2025
"Jadi kan ada komponen diimpor, terus dirakit di Indonesia, gitu. Karena kalau masuk full itu dia akan kena pajaknya 40%, jadi mereka masuk dengan kondisi komponen dan dirakit di sini," jelasnya.
Ada pun, produk-produk dari China kini telah memiliki banyak varian dan pilihan di dalam negeri, ada yang mulai grade satu hingga grade lima. Kondisi ini bisa terjadi akibat ekosistem produksi di China yang mendukung. Di sisi lain, iklim industri sepeda di Indonesia sendiri masih memiliki banyak kekurangan.
Selain itu, untuk kian mengurangi makin maraknya sepeda asal China di Indonesia, ia mendorong pemerintah untuk bisa membuat sistem batasan impor untuk menyotir produk yang masuk, misalnya dengan SNI (Standar Nasional Indonesia) yang pro produk lokal.
"Sebenarnya begini, kalau dari saya, kita ngelihatnya itu kemudahan untuk orang membangun industri sepeda itu sendiri. Jangan dibikin aturan yang terlalu kompleks. Dan buat batasan impor sama ini kan kita harus bisa sortir dengan sistem SNI yang baru. Ini lumayan bisa mengurangi sistem impor," jelasnya.
Baca Juga: Efek Perang Dagang, Impor dari China Makin Membanjiri Pasar Dalam Negeri
Selanjutnya: Kembangkan Kedokteran Nukir, GE Healthcare Menggandeng Mandaya Hospital Group
Menarik Dibaca: Ini Cara Lunasi Cicilan Pinjaman Rp 10 Juta Setiap Bulanan dan Biaya Tersembunyi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News