Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) atau SIG menjadi perusahaan bahan bangunan pertama di Indonesia yang meraih validasi dari lembaga internasional, Science-Based Target initiatives (SBTi).
SIG dinilai telah memenuhi kriteria SBTi dalam menyusun target jangka pendek (near-term target) penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) yang sejalan dengan upaya membatasi pemanasan global pada tingkat 1,5° celcius.
Pencapaian SIG pada 100 Hari Kerja Presiden Prabowo Subianto ini sejalan dengan arahan Menteri BUMN, Erick Thohir untuk mendukung program Asta Cita, utamanya tentang harmonisasi kehidupan dengan lingkungan dan alam.
Baca Juga: Prospek Emiten Semen Masih Rapuh Pada 2024
SBTi adalah lembaga validasi terkemuka di dunia yang membantu perusahaan atau organisasi dalam menetapkan target penurunan emisi GRK berdasarkan sains atau ilmu pengetahuan terkini yang bertujuan membatasi pemanasan global pada tingkat 1,5° celcius sesuai Perjanjian Paris tentang Perubahan Iklim.
Erick mengatakan bahwa transformasi BUMN yang dilaksanakan secara agresif harus melibatkan aspek keberlanjutan, salah satunya dengan menjalankan operasional ramah lingkungan yang rendah karbon.
Sejalan dengan itu, Corporate Secretary SIG, Vita Mahreyni mengatakan, pemanasan global yang disebabkan peningkatan emisi GRK merupakan ancaman bagi keberlanjutan kehidupan di bumi.
Sebagai pemimpin industri bahan bangunan tanah air, ia bilang, SIG turut berperan aktif dalam pengendalian iklim global dengan menjalankan operasional bisnis yang lebih rendah karbon dan berpegang pada prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.
"Validasi ini membuktikan komitmen SIG yang kuat dalam menurunkan emisi GRK melalui rencana aksi yang aplikatif dan target yang terukur," kata Vita dalam siaran pers, Rabu (22/1/2025).
Baca Juga: Pionir di Industri Bahan Bangunan Indonesia,Target Dekarbonisasi SIG Tervalidasi SBTi
SIG memiliki target penurunan emisi GRK yang ambisius melalui sejumlah inisiatif strategis, di antaranya pengunaan bahan bakar alternatif dari limbah pertanian, industri, sampah padat perkotaan (municipal solid waste) yang diolah menjadi refuse-derived fuel (RDF), biomassa, serta sumber lainnya.
Selain pemanfaatan bahan bakar alternatif, proses produksi di pabrik-pabrik SIG ditunjang dengan implementasi plant digitalization melalui pemanfaatan machine learning, big data dan artificial intelligence (AI) untuk optimasi kegiatan produksi untuk mencapai efisiensi penggunaan energi dan peningkatan produktivitas.
Penggunaan bahan bakar alternatif tidak hanya lebih rendah emisi, tetapi juga membantu dalam mengatasi permasalahan yang diakibatkan dari sampah perkotaan seperti bau tak sedap dan gangguan penyakit pada masyarakat, serta timbulnya gas metana dari limbah pertanian yang tidak terkelola dengan baik.
Baca Juga: Intip Saham-Saham yang Banyak Diborong Asing Selama Sepekan Terakhir
Untuk mendorong percepatan capaian penurunan emisi dari kegiatan operasional Perusahaan, SIG juga terus mengembangkan energi terbarukan melalui penggunaan panel surya pada unit-unit operasionalnya, serta optimasi gas panas buang dari proses produksi semen (Waste Heat Recovery Power Generation/WHRPG).
Vita menambahkan, mengacu pada data Perusahaan, penggunaan bahan bakar alternatif di seluruh pabrik SIG pada 2024 mencapai 550 ribu ton, meliputi 314.000 ton biomassa, 206.000 ton non biomassa, dan 30.000 ton RDF.
Melalui inisiatif ini, SIG berhasil meningkatkan thermal substitution rate (TSR) domestik menjadi 7,56%, dibandingkan TSR domestik tahun sebelumnya sebesar 7,27% pada 2023.
Selanjutnya: Sengketa PKPU, Kuasa Hukum Bukalapak (BUKA) Klaim Tak Punya Utang ke Harmas
Menarik Dibaca: 4 Manfaat Cuka Apel Jika Dikonsumsi Setiap Hari, Gula Darah Jadi Stabil
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News