Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif menyatakan, target lifting minyak pada tahun 2023 ini diprediksi tidak tercapai karena sejumlah persoalan.
Sebelumnya, SKK Migas memaparkan sampai dengan Oktober 2023 realisasi lifting minyak mencapai 604,3 million barrel oil per day (MBOPD) atau 91,6% dari target lifting dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023 sebanyak 660 MBOPD.
Belum mencapainya target tersebut karena keterlambatan beberapa proyek besar disebabkan pandemi Covid-19.
“(Target lifting) minyak tidak (tercapai) tetapi untuk gas semoga tercapai. Tahun depan gas yang akan kita dorong lebih banyak,” ujar Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif di Kementerian ESDM, Jumat (8/12).
Baca Juga: Pertamina dan EWP Perkuat Kolaborasi Proyek Gas Berkelanjutan
Khusus konteks lifting minyak, Arifin mengharapkan pengembangan Minyak Non Konvensional (MNK) yang dilakukan di Blok Rokan saat ini bisa menjadi harapan untuk mencapai target produksi minyak 1 juta barrel di 2030.
Pihaknya menegaskan, akan berusaha semaksimal mungkin mendongkrak produksi minyak dengan memperbanyak kegiatan seisimik untuk mendapatkan data awal potensi minyak di suatu wilayah dan eksplorasi.
“Target 1 juta BOPD di 2030 dibuat berdasarkan asumsi potensi minyak. Nah untuk bisa membaca potensi kita melakukan banyak eksplorasi. Maka kita bikin seismik besar-besaran supaya ada ada preliminary data. Dan data ini sudah kami berikan (ke KKKS) untuk dimatangkan,” jelasnya.
Pemerintah justru lebih optimistis dengan target lifting gas karena saat ini penemuan cadangan baru kebanyakan dari gas. Di 2030 pemerintah membidik target 12 Miliar gas standar kaki kubik per hari (BSCFD).
Arifin menyatakan, pihaknya akan mengoptimalkan sumur-sumur marginal dan melakukan eksplorasi besar-besaran untuk mencapai target tersebut.
Baca Juga: Produksi Migas Jatim-Jateng Tahun 2023 Diperkirakan Mencapai 193 Ribu BOPD
Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto menyatakan, realisasi salur gas hingga Oktober 2023 sebesar 5.353 MMSCFD atau lebih tinggi dibandingkan periode yang sama di tahun lalu.
Namun, jika dibandingkan dengan outlook tahun ini, realisasi salur gas baru mencapai 86,9% dari outlook APBN 2023 yang sebesar 6.160 MMSCFD dan 96,1% dari outlook WP&B sebesar 5.569 MMSCFD.
“Produksi gas sangat bagus, tetapi kendala kelebihan gas di Jawa Timur belum bisa tersalurkan di Jawa Barat yang sangat membutuhkan gas karena pipa Semarang Cirebon belum tersedia sehingga gasnya tertahan di Jawa Timur,” jelasnya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) di Komisi VII, Kamis (30/11).
Dwi mengungkapkan, ada sekitar 100 MMSCFD gas di Jawa Timur yang terpaksa ditahan produksinya.
Baca Juga: Lampaui Target, Pemerintah Kantongi PNBP Rp 494,2 Triliun Hingga Oktober 2023
Dia mencontohkan, produksi di lapangan gas Jambaran Tiung Biru (JTB) belum beroperasi optimal karena keterbatasan penyerapan. Sedangkan untuk produksi gas Tangguh Train III mencapai first drop pada September 2023 tetapi bertahap karena ada gangguan comissioning sehingga Desember tahun ini baru bisa produksi optimal.
“Sehingga Train III diharapkan bisa berkontribusi besar pada 2024,” jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News