kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45911,97   -11,52   -1.25%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tensi perang dagang AS-China mereda, importir kedelai buffer stok tiga bulan


Selasa, 04 Desember 2018 / 16:02 WIB
Tensi perang dagang AS-China mereda, importir kedelai buffer stok tiga bulan
ILUSTRASI. KEDELAI IMPOR


Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tensi perdagangan Amerika Serikat (AS) dan China mulai mereda, harga kedelai AS yang sempat jatuh diperkirakan bisa naik kembali. Maka importir kedelai mulai mengamankan stok untuk kebutuhan hingga tiga bulan ke depan.

Ketua Asosiasi Kedelai Indonesia (Akindo) Yusan menyampaikan, menurunnya tensi perang dagang China dan AS diproyeksikan bakal kembali membuka jalur impor kedelai AS ke China. "Kalau itu terjadi maka akan ada sedikit kelangkaan dan harga naik, dari sekarang kita sudah mulai simpan stok untuk tiga bulan ke depan," kata Yusan saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (4/12).

Untuk harga kedelai saat ini menurutnya tengah berada di kisaran Rp 7.000 per kilogram dan stabil dalam beberapa waktu terakhir. Adapun 95% ekspor berasal dari AS dan karena memiliki spesifikasi yang sesuai dengan industri perajin di Indonesia. Sebagian kecil lagi berasal dari Brasil dan sejumlah negara lain.

Yusan menyampaikan untuk saat ini realisasi impor kedelai diperkirakan terus berjalan lancar dengan besar volume 150.000-200.000 ton per bulan. Hingga November lalu artinya paling besar sudah terjadi realisasi impor sebanyak 2,2 juta ton.

Angka ini kurang lebih mendekati rilis data Badan Pusat Statistik yang melaporkan pada periode Januari-Oktober tahun ini telah masuk 2,2 juta ton kedelai dengan total nilai US$ 948,8 juta. Realisasi ini secara volume 6,1% lebih rendah dari tahun lalu di 2,34 juta ton serta 6,41% lebih rendah dari valuasi yoy di US$ 1,01 miliar.

Menurut Yusan, impor kedelai memang naik turun mengikuti kebutuhan pasar. Untuk komoditas kedelai, mengikuti irama kebutuhan masyarakat pada alternatif protein ini. Misalnya, pada saat lebaran masyarakat lebih memilih protein ayam sehingga pembelian tahu dan tempe berkurang dan berpengaruh pada permintaan kedelai pada periode tersebut.

Terkait kedelai dalam negeri, Yusan menyampaikan masih tidak mungkin menggunakan kedelai lokal. "Tidak mungkin 100% dari Indonesia karena tidak bisa menggumpal. Kedelai lokal itu dipakai untuk penambah rasa tapi untuk tahu saja," terangnya.

Mengingat kedelai dalam negeri masih tidak sepenuhnya cocok untuk industri tahu dan tempe dalam negeri serta menimbang pertumbuhan penduduk dan ekonomi, Yusan perkiraan impor kedelai untuk kebutuhan pangan tahun ini diperkirakan bakal naik ke kisaran 2,7 juta ton.

Adapun mengacu data Kementerian Pertanian yang mengolah data dari Badan Pusat Statistik, impor kedelai tahun 2017 mencapai 2,67 juta ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×