Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama tahun ini hanya naik 2,97% yoy. Sementara di sisi lain, asosiasi industri dan sejumlah perusahaan sudah terang-terangan merevisi turun target kinerja tahun ini akibat tertekan wabah corona.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Rizal Tanzil Rakhman menyatakan asosiasi merevisi target yang semula diprediksi tumbuh sekitar 3,5% jadi menurun ke -1,3% dengan asumsi Juli membaik.
Baca Juga: Kadin: Pertumbuhan industri bakal kian merosot di kuartal II-2020
"Saat ini kondisi sudah sangat berat. Utilitas rata-rata pabrik nasional sudah di bawah 10% karena tidak ada pasar baik lokal maupun ekspor. Alhasil sebagian pabrik sudah pada tutup," jelasnya kepada Kontan.co.id, Rabu (6/5).
Rizal bilang ketahanan industri saat ini untuk bertahan selepas Mei hampir tidak mungkin, karena kas perusahaan sudah habis. "Dan paling cepat 1-1,5 tahun untuk pemulihan jika sudah tutup," katanya.
Selain itu, Asosiasi Industri Olefin, Aromatik dan Plastik Indonesia (Inaplas) sudah dua kali mengoreksi target geliat industrinya di sepanjang tahun ini karena imbas corona. Di awal tahun, sebelum kabar corona mewabah di Indonesia, Inaplas memproyeksikan industri kimia dan plastik mampu tumbuh di kisaran 5,2%. Namun, setelah corona merebak, mereka merevisi target pertumbuhannya menjadi 2,5%.
Adapun pada Mei ini, Sekjen Asosiasi Industri Olefin, Aromatik dan Plastik Indonesia (Inaplas) Fajar Budiono mengungkapkan target pertumbuhan industri Olefin, Aromatik dan Plastik menjadi hanya 0,5% di sepanjang tahun ini. "Di hilir ini memang drop lumayan, utilisasinya turun menjadi 40%-an karena daya beli yang menurun. Namun utilisasi di hulu masih normal 90%-95% ga ada masalah," jelasnya.
Baca Juga: Banjir keluhan tagihan listrik, PLN diminta lebih intensif komunikasi ke pelanggan
Namun, untuk menjaga pertumbuhan industrinya, Inaplas menargetkan bisa menyasar pasar ekspor. Fajar mengungkapkan di bulan Mei ini Inaplas menargetkan bisa mengekspor 30.000 ton sejumlah produk dari hulu di antaranya polyethylene, propylene untuk bisa diekspor ke China. Nanti menyusul di jual ke Bangladesh, India, dan beberapa negara yang sudah melonggarkan kebijakan lockdown.
Di saat yang sama produk hilir seperti plastik, karung, dan lainnya juga sudah membidik pasar ekspor ke Malaysia, Thailand dan Filipina karena pasarnya sedang drop.
Sektor bisnis lain yang tertekan karena wabah corona adalah otomotif. Buktinya sejumlah produsen otomotif sudah pada menutup sementara pabriknya. Alhasil produk yang beredar juga tidak sama seperti kondisi normal.
Kukuh Kumara, Sekretaris Umum Gaikindo mengungkapkan akan ada koreksi kinerja industri otomotif karena adanya Corona. "Prediksi 2020 dikoreksi dari semula penjualan mencapai 1,05 juta unit hanya menjadi 600.000 unit," kata Kukuh.
Baca Juga: Ada pandemi Covid-19, pelaku industri mulai dari makanan hingga sawit pangkas target
Sementara itu, Asosiasi Perusahaan Air Minum dalam Kemasan Indonesia (Aspadin) memangkas proyeksi pertumbuhan industri Air Minum dalam Kemasan (AMDK) di sepanjang tahun ini dari sebelumnya 10% menjadi 8%-9% akibat wabah corona.
Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Aspadin, Rachmat Hidayat mengatakan asosiasi mendapat laporan bahwa untuk AMDK kemasan cup mengalami penurunan penjualan yang signifikan akibat wabah corona.
"Kemasan cup diproduksi oleh semua anggota Aspadin yang 95% lebih adalah perusahaan menengah dan kecil yang menggantungkan portofolio bisnis pada kemasan cup. Ada anggota (yang penjualannya) turun sampai 90%," jelasnya kepada Kontan.co.id, Senin (20/4).
Selain penjualan kemasan cup menyusut, Rachmat mengungkapkan, anggota Aspadin di daerah mengakui penyerapan kemasan botol juga mengalami penurunan hingga 40% saat ini karena wabah corona.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News