Sumber: Kompas.com | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Tunnel atau terowongan sepanjang 472 meter dengan diameter 14 meter dibangun bersamaan dengan pembangunan Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu) sepanjang 61,175 kilometer.
Lokasinya akan berada di seksi II fase 2 Tol Cisumdawu yang menghubungkan Rancakalong-Sumedang sepanjang 17,05 kilometer atau tepatnya berada di Desa Cilengsar, Sumedang, Jawa Barat.
Pembangunannya diperkirakan berlangsung dalam waktu dekat seiring dengan penyelesaian seksi II fase 2 yang telah selesai 7 kilometer dari total 10,7 kilometer.
"Tunnel mulai dikerjakan bulan depan, April 2016," sebut Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan perumahan Rakyat (PUPR), Hediyanto W Husaini, di lokasi proyek, Kamis (17/3/2016).
Rencananya, pekerjaan tunnel pertama di jalan tol di Indonesia dan diklaim sebagai yang terbesar ini akan selesai dalam dua tahun. Namun, Hediyanto meyakini bisa selesai dalam waktu lebih cepat.
"Nantinya kan ada dua terowongan. Tadinya mau kerjakan satu-satu. Tapi kita ingin lebih cepat, jadi akan kita kerjakan sekaligus dua. Tadinya rencana 2 tahun, tapi dengan percepatan ini saya mau bikin 1 tahun selesai," tegas dia.
Kontraktor asal China mengerjakan terowongan tersebut dipercayakan kepada Metallurgy Corporation of China (MCC) dengan metode New Austrian Tunneling Method.
"Teknologinya tidak terlalu mahal tapi unik dan jarang dipakai. Jadi pembelajaran juga buat kita gimana membuat tunnel yang murah tetapi cepat," jelas Hediyanto.
Hediyanto menambahkan musim hujan bukan menjadi kendala karena tanah tempat membangun terowongan akan disuntik menggunakan beton sehingga tanah yang mudah longsor akan lebih keras.
"Setelah jadi beton dia baru nanti digali," sambungnya.
Melalui teknologi yang digunakan diharapkan mampu membuat kemajuan signifikan terutama dalam hal pengeboran bukit.
"Dalam sehari kemajuannya sekitar 60-80 cm. Kita lakukan dari dua arah. Diharapkan selesai dalam waktu 28 bulan. Kebutuhan biaya untuk membuat terowongan sekitar Rp 800 miliar," pungkas Hediyanto. (Penulis: Ridwan Aji Pitoko)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News