kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tetra Pak Indonesia optimistis pertumbuhan kinerja lebih moncer


Senin, 25 Februari 2019 / 17:41 WIB
Tetra Pak Indonesia optimistis pertumbuhan kinerja lebih moncer


Reporter: Dupla Kartini | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - KULONPROGO. Tetra Pak Indonesia, perusahaan pemrosesan dan pengemasan makanan dan minuman, optimistis pertumbuhan kinerja tahun ini lebih moncer. Sentimen tahun politik bisa jadi salah satu katalis positif bagi bisnis kemasan.

Communication Manager Tetra Pak Indonesia Gabrielle Angriani mengatakan, dari sisi makro, tahun ini akan bagus dengan adanya hajatan politik. Tingkat konsumsi masyarakat berpeluang lebih tinggi, sehingga bisa berefek positif terhadap permintaan kemasan. "Maka, kami optimistis tahun ini prospek yang bagus untuk industri kemasan. Dari sisi pertumbuhan pendapatan kami bisa lebih baik dibandingkan tahun lalu," ujar Gabrielle, akhir pekan lalu.

Namun, Gabrielle belum bersedia merinci target pertumbuhan 2019. Dia beralasan, perusahaan masih merekap kinerja tahun lalu. Hanya saja, dia yakin target pertumbuhan pendapatan di tahun lalu bisa tercapai. Sebab, Tetra Pak Indonesia mendapat tambahan tiga brand sepanjang 2018. Gambaran saja, tahun lalu, Tetra Pak Indonesia membidik tingkat pertumbuhan pendapatan sama besarnya dengan target industri. Adapun, Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gappmi) memasang target pertumbuhan industri sebesar 10% pada 2018.

Lanjut Gabrielle, pertumbuhan kinerja tahun ini juga akan disokong dari adanya tambahan beberapa brand baru. Tapi, dia belum bersedia membeberkan klien baru tersebut. Dia hanya bilang, klien itu merupakan brand besar di Indonesia dengan kategori produk coconut cream (santan) dan susu (dairy).

Yang pasti, tahun ini, Tetra Pak Indonesia akan mengeluarkan kemasan berbentuk segitiga untuk produk santan. "Kemasan segitiga ini jika disusun di rak bisa membentuk kubus. Selain dari sisi display lebih menarik, transportasi dan distribusi juga lebih efisien," jelas Gabrielle.

Dengan adanya tambahan brand dan bentuk kemasan baru, artinya jumlah kemasan Tetra Pak yang terpakai di Indonesia pada tahun ini akan lebih banyak dari tahun lalu. Dus, pendapatan perusahaan juga bertumbuh.

Tak hanya itu, kata Gabrielle, Tetra Pak Indonesia juga akan mendapat tambahan pemasukan dari pengadaan mesin processing. Sebab, tahun ini, perusahaan telah memenangkan beberapa tender mesin pemprosesan dari sejumlah pabrik.

Bahan baku terbarukan

Dari sisi bahan baku, Tetra Pak Indonesia berupaya merealisasikan penggunaan 100% sumber daya alam terbarukan. Reza Andreanto, Environment Manager Tetra Pak Indonesia mengatakan, saat ini, penggunaan bahan baku terbarukan masih 70%. Sisanya, berupa polymer dan aluminium.

Sejatinya, Tetra Pak global sudah punya portofolio kemasan yang bahan bakunya 100% sumber daya alam terbarukan, yaitu Tetra Rex Bio-Based. Kemasan ini dibuat dari kombinasi kertas dan tebu. "Polymer untuk tutup kemasan diganti dengan bahan baku dari tebu," jelas Reza.

Meski begitu, kata Gabrielle, di Indonesia belum ada klien yang menggunakan bahan baku 100% terbarukan. Sebab, konsentrasi klien (brand) saat ini lebih pada diferensiasi packaging. "Kami masih harus mencari brand yang tingkat kesadaran lingkungannya lebih tinggi untuk mau menggunakan kemasan itu," ujar dia.

Itu sebabnya, Tetra Pak Indonesia gencar mempromosikan penggunaan sumber daya alam terbarukan, baik bagi klien maupun konsumen. Tak hanya terbarukan, perusahaan ini juga memastikan hanya menggunakan bahan baku dari hutan yang dikelola secara bertanggung jawab dan tersertifikasi standar Forest Stewardship Council (FSC).

FSC adalah organisasi nonprofit yang mempromosikan pengelolaan hutan secara bertanggung jawab. Untuk mengantongi sertifikat FSC, hutan harus dikelola untuk memenuhi kepentingan sosial, ekonomi, ekologi, budaya dan spritiual generasi kini maupun mendatang. Pada 2018, lebih dari 200 juta hektare hutan di 80 negara telah tersertifikasi FSC, termasuk hutan di Indonesia.

Logo FSC pada produk menjadi lambang yang dipercaya oleh perusahaan dan konsumen ketika mencari produk hasil hutan yang bermanfaat bagi lingkungan dan masyarakat.

Hanya saja, kata Reza, saat ini, Tetra Pak Indonesia masih menggunakan bahan baku kayu dari Eropa. Dia beralasan, meski hutan di Indonesia sudah ada yang tersertifikasi FSC, namun belum ada kayu yang cocok dengan spesifikasi. Asal tahu saja, spesifikasi yang dibutuhkan untuk bahan baku kemasan Tetra Pak berupa kayu birch, cemara dan pinus yang mengandung serat panjang.

"Tapi, kalau suatu saat di Indonesia ada kayu yang sesuai dengan spesifikasi bahan baku Tetra Pak dan tersertifikasi SFC, kami sangat terbuka untuk menggunakannya," imbuh Reza.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×