Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Herlina Kartika Dewi
Bahkan hingga September 2019, besi dan baja masih menempati posisi tiga besar komoditi impor yang masuk ke Indonesia dengan nilai US$ 7,63 miliar.
Meski penjualan ekspor tumbuh signifikan, Silmy mengungkapkan KRAS akan tetap fokus menggarap pasar domestik, sebab penjualan baja ke pasar lokal memberikan kontribusi besar terhadap pendapatan konsolidasi.
Di sepanjang 2020, Silmy menargetkan perusahaan mampu memproduksi 5 juta ton hingga 6 juta ton baja demi memenuhi keperluan baja dalam negeri. Rinciannya 2 juta ton hingga 3 juta ton diproduksi Krakatau Steel, dan 3,2 juta ton diproduksi Krakatau Posco.
Baca Juga: Krakatau Steel (KRAS) optimis bisa bukukan bottom line yang positif tahun ini
Demi menunjang keberlangsungan perusahaan, Silmy menyatakan Krakatau Steel akan fokus melakukan transformasi bisnis hingga 2021.
Sebelumnya, Kontan.co.id mencatat, Silmy bilang Krakatau Steel berencana menghentikan pabrik yang dinilai kinerjanya kurang efisien. Adapun perusahaan punya pabrik hasil join venture (JV) dengan Posco, yakni Krakatau Posco yang menghasilkan iron steel making yang lebih efisien sehingga akan lebih baik diambil dari pabrik tersebut.
Untuk kinerjanya di 2020, KRAS berharap segala macam upaya yang dijalankan satu tahun ke belakang dapat menghasilkan kinerja bottom line yang positif. Meski begitu, kemungkinannya diakui masih sangat marjinal. "Tetapi itu menunjukkan ada perubahan kinerja Krakatau Steel," kata Silmy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News