Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produsen baja pelat merah PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) membukukan ekspor baja tumbuh hingga 173,8% year on year (yoy) menjadi US$ 90,9 juta di kuartal III-2019. Naiknya ekspor baja ini dipengaruhi importasi besi dan baja yang mengganggu pasar domestik.
Melansir laporan keuangan Krakatau Steel di kuartal III-2019, penjualan ekspor tumbuh hingga 173,8% year on year (yoy) menjadi US$ 90,92 juta dari sebelumnya US$ 33,2 juta. Sedangkan penjualan domestiknya turun 28,8% yoy menjadi US$ 776,6 juta.
Direktur Utama PT Krakatu Steel Tbk Silmy Karim menjelaskan baja yang diekspor merupakan produk baja karbon hasil produksi Karakatau Steel untuk kebutuhan baja konstruksi, otomotif, dan elektronik.
Baca Juga: Tak Semua Utang Krakatau Steel (KRAS) Direstrukturisasi, Ini Penyebabnya
"Naiknya penjualan ekspor perusahaan dipengaruhi pasar dalam negeri yang masih terkontaminasi produk impor," jelasnya kepada Kontan.co.id, Jumat (7/2).
Silmy mengungkapkan ekspor baja karbon tersebut karena produknya tidak terserap di dalam negeri. Masalahnya, meski penjualan ekspornya naik, Silmy menyatakan margin ekspor di bawah penjualan lokal. "Pengeluaran logistiknya lebih besar dan pasar internasional sangat kompetitif," ujarnya.
Tak heran jika penyerapan baja lokal masih seret, sebab importasi baja masih masif terjadi.
Melansir data yang diolah Krakatau Steel dari Badan Pusat Statistik (BPS) sampai dengan bulan September 2019, importasi besi dan baja telah mencapai 5 juta ton dan diestimasi akan naik hingga 6,7 juta ton sampai akhir 2019 atau meningkat 7,5% dari total impor tahun 2018 sebesar 6,3 juta ton.
Bahkan hingga September 2019, besi dan baja masih menempati posisi tiga besar komoditi impor yang masuk ke Indonesia dengan nilai US$ 7,63 miliar.
Meski penjualan ekspor tumbuh signifikan, Silmy mengungkapkan KRAS akan tetap fokus menggarap pasar domestik, sebab penjualan baja ke pasar lokal memberikan kontribusi besar terhadap pendapatan konsolidasi.
Di sepanjang 2020, Silmy menargetkan perusahaan mampu memproduksi 5 juta ton hingga 6 juta ton baja demi memenuhi keperluan baja dalam negeri. Rinciannya 2 juta ton hingga 3 juta ton diproduksi Krakatau Steel, dan 3,2 juta ton diproduksi Krakatau Posco.
Baca Juga: Krakatau Steel (KRAS) optimis bisa bukukan bottom line yang positif tahun ini
Demi menunjang keberlangsungan perusahaan, Silmy menyatakan Krakatau Steel akan fokus melakukan transformasi bisnis hingga 2021.
Sebelumnya, Kontan.co.id mencatat, Silmy bilang Krakatau Steel berencana menghentikan pabrik yang dinilai kinerjanya kurang efisien. Adapun perusahaan punya pabrik hasil join venture (JV) dengan Posco, yakni Krakatau Posco yang menghasilkan iron steel making yang lebih efisien sehingga akan lebih baik diambil dari pabrik tersebut.
Untuk kinerjanya di 2020, KRAS berharap segala macam upaya yang dijalankan satu tahun ke belakang dapat menghasilkan kinerja bottom line yang positif. Meski begitu, kemungkinannya diakui masih sangat marjinal. "Tetapi itu menunjukkan ada perubahan kinerja Krakatau Steel," kata Silmy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News