Reporter: Muhammad Julian | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE) dengan Pertamina Patra Niaga dan Pertamina NRE dan Pertamina Geothermal Energy (PGEO) melakukan penandatanganan perjanjian kerja sama perdagangan karbon pada Rabu (12/4).
Chief Executive Officer Pertamina NRE Dannif Danusaputro mengatakan, Pertamina NRE berperan sebagai aggregator perdagangan karbon di Pertamina Group. Nantinya, Pertamina NRE juga berharap juga dapat dilaksanakan di lingkungan BUMN. Ia optimistis, permintaan di masa depan akan besar, terutama bila nantinya sudah ada kebijakan terkait pajak karbon.
“Kami sangat yakin Pertamina NRE bisa memberikan value added. Ini adalah bisnis baru bagi Pertamina, namun saya sangat yakin bisnis ini berpotensi bernilai besar di masa depan,” ujarnya dalam siaran pers baru-baru ini.
Baca Juga: Diproyeksi Punya Kinerja Cerah, Cermati Rekomendasi Saham Pertamina Geothermal (PGEO)
Sedikit informasi, Pertamina memiliki aspirasi yang selaras dengan target pemerintah, yaitu net zero emission pada tahun 2060. Menurut rencana, aspirasi tersebut dicapai melalui dua pilar, yaitu dekarbonisasi emisi yang dikeluarkan dari aktivitas bisnis Pertamina dan membangun new green businesses.
Perdagangan karbon menjadi salah satu inisiatif yang dilakukan Pertamina untuk mewujudkan aspirasi tersebut. Dalam perjanjian kerja sama yang ditandatangani Rabu (12/4), Pertamina Patra Niaga bakal membeli karbon kredit dari Pertamina NRE dengan volume 1,8 juta ton emisi karbon ekuivalen untuk periode satu tahun. Karbon kredit tersebut akan meng-offset karbon yang dihasilkan Pertamina Patra Niaga dari bisnisnya.
Sumber yang ditunjuk untuk meng-offset karbon adalah pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) Lahendong unit 5 dan 6 berkapasitas 2x220 MW yang dikelola oleh PGE. PLTP yang berlokasi di Sulawesi Utara tersebut merupakan salah satu proyek Clean Development Mechanism (CDM) PGE yang telah memegang Verified Carbon Standard (VCS) dari Verra sejak tahun 2018.
Direktur Utama Pertamina Geothermal Energy Ahmad Yuniarto mengatakan, PGEO memiliki pengalaman di pasar kredit karbon dan bersemangat mengikuti inisiatif perdagangan karbon tersebut.
Baca Juga: Kementerian ESDM Lakukan Edukasi Terkait Kebijakan SKEM pada Lampu LED
“PGE telah masuk ke dalam pasar kredit karbon sejak 2011. Kami sangat bersemangat dalam inisiatif perdagangan karbon ini, baik untuk keluarga besar Pertamina maupun untuk pasar karbon di Indonesia. Semoga hari ini menjadi awal keberhasilan bagi masa-masa mendatang,” tutur Ahmad.
Chief Executive Officer Pertamina Patra Niaga, Alfian Nasution mengatakan, Pertamina Patra Niaga memiliki konsep yang namanya B2B (business-to-business) One Solution. Dalam konsep tersebut, Pertamina Patra Niaga tidak hanya menjual BBM kepada konsumen industri, tetapi juga menawarkan solusi bagi mereka, salah satunya kebutuhan untuk mendekarbonisasi emisi dari bisnis mereka.
“Kerja sama perdagangan karbon dengan Pertamina NRE ini selain untuk kebutuhan internal kami, juga akan menjadi peluang untuk bisa kami tawarkan kepada mereka, seperti sektor pertambangan dan ketenagalistrikan,” kata Alfian.
Lebih lanjut, Alfian juga melanjutkan bahwa kredit karbon ini juga berpotensi untuk ditawarkan kepada konsumen industri yang berorientasi ekspor.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News