Sumber: Surya Online | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Jakarta International Container Terminal (JICT), Terminal Petikemas Koja (KOJA) dan Mustika Alam Lestari (MAL) selama 6 tahun terakhir telah menginvestasikan dana lebih dari US$207 juta atau sekitar Rp 2,3 triliun di pelabuhan Tanjung Priok.
Investasi tersebut mampu mendorong produktivitas dan layanan di Pelabuhan Priok menjadi meningkat tajam. Meski begitu, pelabuhan Tanjung Priok masih terus memerlukan tambahan investasi seiring pertumbuhan arus peti kemas. Untuk itu penyesuaian biaya Cost Handling Container (CHC) perlu dilakukan untuk menambah efisiensi di pelabuhan.
Sekretaris Asosiasi Pengelola Terminal Petikemas Indonesia (APTPI) Paul Krisnadi menjelaskan, selama periode 2008-2013 tiga operator di pelabuhan Tanjung Priok tersebut terus meningkatkan investasinya guna melayani arus barang ekspor-impor yang volume dan frekuensinya semakin tinggi.
Selama periode tersebut, JICT telah menghabiskan investasi sebesar US$151 juta untuk membeli peralatan, meng-upgrade sistem serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM).
Langkah yang sama juga dilakukan KOJA yang telah meningkatkan investasi sebesar US$50 juta guna meningkatkan kapasitas bongkar muat dari sekitar 600 ribu TEU(Tweenty-foot Equivalent Units) menjadi sekitar 1 juta TEU pada saat ini.
Investasi baru juga dilakukan KOJA dengan memperkuat teknologi dan melakukan pembelian peralatan baru untuk melayani kebutuhan konsumen yang terus meningkat dengan lebih efisien.
Adapun MAL juga terus meningkatkan kinerja operasionalnya dengan menambah investasi sebesar lebih dari US$ 6 juta.
"Investasi baru senilai lebih dari US$ 207 juta tersebut mampu mendorong produktivitas dan layanan di tiga operator Pelabuhan Priok meningkat tajam. Dengan teknologi baru dan sistem yang lebih baik kinerja pelabuhan Priok lebih efektif dan efisien," jelasnya di Jakarta, Senin (2/6/2014).
Presiden Direktur JICT, Albert Pang mengungkapkan, peningkatan investasi telah berhasil mendorong kinerja JICT semakin solid.
Hal tersebut terbukti dengan di tahun 2013, JICT mampu menorehkan rekor baru pada produktivitas kapal (Vessel Operation Report) dan produktivitas crane (Gross Crane Rate).
"Diakhir tahun 2013 produktivitas kapal mencapai 184 gerakan perjam (move per hour) saat melayani MV MOL Dawn. Sementara produktivitas crane mencapai 58 gerakan ketika melayani kapal Hanjin Jebel Ali. Pencapaian itu merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah JICT dan sekaligus menunjukkan kinerja kami yang terus meningkat dengan tingkat efisiensi yang semakin membaik," jelas Albert.
Untuk meningkatkan kinerja JICT, Albert menambahkan, tahun ini perusahaan telah mengalokasikan dana sebesar US$40 juta untuk investasi peralatan dan pembangunan pintu masuk (gate) baru yang terhubung dengan JORR yang akan dibangun menuju pelabuhan.
Keberadaan automatic gate system baru ini akan melengkapi automatic gate system (JAGS) yang telah dibangun dan dioperasikan oleh JICT sejak tahun 2013.
General Manager KOJA, Ade Hartono menjelaskan, peningkatan investasi senilai US$50 juta yang telah dilakukan perusahaan berhasil menaikkan kapasitas KOJA menjadi 1 juta TEU.
Investasi tersebut diantaranya adalah upgrade sistem operasional dari Navis ke nGen system di tahun 2010. Di tahun 2013, KOJA menambah 1 unit QCC, 3 unit RTG dan 8 unit head truck.
"Tahun 2014 kami akan mengembangkan pelayanan autogate system dan menambah lapangan kontainer (Container Yard) seluas 16000 m2. Kami optimis dengan investasi baru dan peningkatan layanan tingkat efisiensi di KOJA akan terus meningkat, sehingga dapat memberikan manfaat lebih besar kepada pelanggan," ujarnya.
Penyesuaian CHC
Paul menambahkan, dengan tambahan investasi baru yang telah dilakukan pengelola terminal dan kinerja yang semakin bagus, penyesuaian biaya Cost Handling Container (CHC) perlu dilakukan.
Selain sejak tahun 2008 tidak pernah terjadi kenaikan, penyesuaian CHC juga akan mendorong investasi tambahan yang akan berdampak pada efisiensi di pelabuhan.
"Biaya CHC pelabuhan di Priok merupakan salah satu yang termurah di Asia. Penyesuaian tarif ini merupakan upaya untuk mendorong investasi yang lebih besar, sehingga layanan di Priok akan semakin menguntungkan para pelaku usaha," jelas Paul. Rencananya tarif CHC akan disesuaikan menjadi US$93, sedangkan THC menjadi US$110.
CHC adalah biaya bongkar muat petikemas dari kapal ke lapangan penumpukan terminal petikemas yang dibayarkan oleh perusahaan pelayaran ke terminal petikemas.
Sedangkan tarif THC dibayar oleh pemilik barang kepada perusahaan pelayaran. Tarif THC terdiri dari CHC (US$ 93) + PPN (US$ 9,3) + Surcharge (US$ 7,7), di mana PPN sebesar US$ 9,3 akan masuk ke kas negara.
Direktur The Nasional Maritime Institute (Namarin) Siswanto Rusdi mengatakan, para pelaku usaha mestinya juga fair dalam menanggapi usulan penyesuaian tarif CHC di Tanjung Priok.
Pasalnya, langkah tersebut dibutuhkan untuk mendorong investasi yang lebih besar guna memaksimalkan kinerja dan layanan di tiga terminal tersebut. Apalagi beban biaya CHC sesungguhnya sangat kecil dibandingkan beban biaya logistik lainnya yang ditanggung oleh pelaku usaha.
"Biaya CHC itu tidak sampai 0,01% dari nilai barang per kontainer. Biaya logistik yang paling mahal itu justru di sektor transportasi. Tanjung Priok butuh investasi baru dan hal itu akan bisa dilakukan jika pengelola terminal mendapatkan kepastian tentang investasinya dengan biaya yang kompetitif," tegas Siswanto Rusdi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News