kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Timah (TINS) catat kenaikan produksi 43% sepanjang 2018


Selasa, 15 Januari 2019 / 10:02 WIB
Timah (TINS) catat kenaikan produksi 43% sepanjang 2018


Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang 2018, PT Timah Tbk mencatatkan volume produksi bijih timah 44.380 ton tahun 2018 atau naik sekitar 43% menjadi dibandingkan dengan perolehan pada tahun 2017 sebesar 31.035 ton.

Emil Ermindra, Direktur Keuangan PT Timah mengatakan sampai tutup tahun 2018 emiten berkode saham TINS ini menorehkan jumlah volume produksi logam dan penjualan ekspor naik sekitar 10,5% menjadi 33.425 ton dibanding kinerja tahun 2017 yang mencapai sebesar 30.249 metrik ton.

Dengan tercapainya target volume produksi bijih timah yang cukup tinggi serta pencapaian penjualan ekspor logam timah itu, TINS optimis mampu mengantongi laba bersih lebih tinggi ketimbang laba pada 2017 sebesar Rp 502 miliar. “Untuk laba, minimal akan sama atau bahkan sedikit lebih tinggi sekitar di bawah 10% dibanding pencapaian kinerja laba tahun 2017,” ujarnya pada Kontan.co.id, Senin (14/1).

Menurut Emil, adanya ketimpangan antaran kinerja produksi bijih timah dan produksi logam dengan hasil penjualan ekspor pada 2018 tentu memberi dampak yang kurang menguntungkan terhadap kinerja keuangan TINS.

“Perolehan bijih timah yang sangat besar jauh di atas asumsi penyusunan RKAP 2018 menyebabkan terjadinya hambatan produksi logam. Hambatan tertundanya proses produksi logam karena ketidaksiapan proses pencucian dan pemurnian bijih timah sesuai dengan persyaratan teknologi smelter yang dimiliki saat ini, minimal kadar Sn 65% ke atas,” paparnya.

Secara kinerja keuangan, Emil menjelaskan hal ini berdampak pada peningkatan jumlah penggunaan kredit modal kerja dan volume persediaan bijih timah pada penutupan tahun buku 2018. Sehingga menyebabkan kemampuan pencapaian laba bersih tidak sebesar perkirakan manajemen lantaran naiknya biaya bunga bank dan naiknya harga pokok perolehan bijih timah.

Akan tetapi, saat ini TINS tengah melakukan meningkatkan kapasitas smelter yang ditargetkan rampung pada bulan ini. Sehingga, lanjutnya, dengan meningkatnya kapasitas smelter mampu memberikan peluang keuntungan lebih besar pada tahun ini.

Apabila melihat laporan keuangan TINS pada kuartal III 2018, TINS membukukan pendapatan sebesar Rp 6,80 triliun naik tipis 2,72% dari Rp 6,62 triliun ketimbang periode yang sama tahun 2017. Beban pokok pendapatan di kuartal III 2018 turut naik 5% menjadi Rp 5,71 triliun dari Rp 5,46 triliun pada kuartal III tahun 2017. Kenaikan beban pokok yang lebih tinggi ketimbang kenaikan pendapatan ini menyebabkan laba kotor TINS turun 6% menjadi Rp 1,15 triliun.

Selain itu, beban keuangan TINS juga naik 69% menjadi Rp 200,40 miliar dari sebelumnya Rp 118,54 miliar. Alhasil laba bersih TINS pada kuartal III 2018 tergerus 14,98% dari Rp 300,57 miliar menjadi Rp 255,54 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×