Reporter: Dimas Andi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Timah Tbk (TINS) masih berusaha memperbaiki kinerja keuangannya di tahun 2020 terlepas dari adanya sejumlah tantangan bisnis yang ada.
Sebagai informasi, kinerja TINS di tahun 2019 lalu memang cenderung lesu. Meski mencetak kenaikan pendapatan sebanyak 75,45% (yoy) menjadi Rp 19,3 triliun, emiten pelat merah ini harus mengalami kerugian bersih mencapai Rp 611,28 miliar.
Baca Juga: Simak ikhtiar Aneka Tambang (ANTM) mempertahankan kinerja di tengah pandemi corona
Beruntung, TINS masih bisa memproduksi logam timah mencapai 76.389 ton di tahun 2019 atau lebih tinggi dibandingkan realisasi di tahun 2018 sebanyak 33.444 ton. Begitu pula dengan volume penjualan timah TINS di tahun lalu yang mencapai 67.704 ton, padahal di tahun sebelumnya perusahaan ini hanya menjual timah sebesar 33.818 ton.
Direktur Utama TINS M. Riza Pahlevi Tabrani menyampaikan, untuk memperbaiki kinerja keuangan di tahun 2020, manajemen TINS melakukan sejumlah upaya berbasis efisiensi. Dalam hal ini, TINS berusaha terus menjaga kesehatan posisi keuangan sekaligus mengurangi beban bunga sebagai upaya mengoptimalkan arus kas perusahaan.
Misalnya, selama kuartal I-2020 lalu TINS telah secara bertahap melakukan deleveraging dengan mengurangi posisi utang berbunga di samping reprofiling utang bank baik dari jenis mata uang hingga jadwal pelunasan.
TINS juga berupaya mengejar efisiensi biaya di semua lini produksi untuk menekan beban produksi dan beban usaha perusahaan. “Beban bahan baku, misalnya, telah dicapai kesepakatan dengan pihak ketiga untuk kompensasi yang lebih ekonomis seiring juga telah dilakukan efisiensi di beberapa lini operasi dan produksi,” ungkap Riza dalam siaran pers yang diterima Kontan, Kamis (11/6).
Baca Juga: Aneka Tambang (ANTM) membuka opsi revisi target kinerja untuk tahun ini
Adapun untuk menjaga kesinambungan usaha dan antisipasi persaingan bisnis pertimahan di masa mendatang, TINS tetap melakukan ekspor logam timah ke luar negeri. Selain itu, TINS juga sedang menyiapkan smelter baru dengan teknologi ausmelt yang lebih efisien dari sisi biaya produksi dan proses pengolahannya.
Dalam catatan Kontan.co.id, proyek smelter berteknologi ausmelt sebenarnya sempat tersendat akibat wabah Corona. Namun, pengerjaan proyek ini tetap berlangsung dan diharapkan bisa selesai tepat waktu pada tahun 2021 mendatang.
Riza pun tak menampik tantangan di tahun 2020 masih cukup besar. Saat ini dunia masih diliputi oleh perang dagang yang berlangsung sejak tahun 2019 silam. Akibatnya, di tahun kemarin, harga rata-rata logam timah dunia di London Metal Exchange (LME) terkoreksi 7% (yoy) menjadi US$ 18.569 per metrik ton.
Baca Juga: Sawit Sumbermas (SSMS) soroti kenaikan pungutan ekspor CPO
Tak hanya perang dagang, TINS juga berhadapan dengan tantangan pandemi Corona yang menjalar ke seluruh dunia. Ujung-ujungnya, harga timah dunia akan terpengaruh oleh sentimen tersebut.
“Kami harus selektif dalam merespons dinamika pasar timah dunia. Hal ini sebagai ikhtiar untuk memperbaiki profitabilitas dan memperkuat fundamental perusahaan di tengah kondisi perekonomian global yang penuh ketidakpastian,” pungkas Riza.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News