Reporter: Filemon Agung | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah Indonesia dinilai perlu melakukan transformasi ekonomi hijau sebagai bagian dari akselerasi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dalam mencapai hal tersebut, perbaikan dan fokus pada alokasi anggaran dinilai perlu dilakukan.
Direktur Eksekutif Institute for Essential Service Reform (IESR) Fabby Tumiwa menyambut baik pidato Presiden Jokowi dalam sidang tahunan MPR, DPR, dan DPD pada 16 Agustus 2021 lalu. Indonesia perlu melakukan transformasi ekonomi hijau untuk bisa tumbuh dengan lebih tinggi dan keluar dari perangkap negara berpendapatan menengah atau middle income trap.
Fabby melanjutkan, perlu memisahkan pertumbuhan ekonomi (PDB) dan emisi gas rumah kaca, dan mempertahankan daya dukung lingkungan, maka pertumbuhan ekonomi yang berkualitas bisa terwujud. "Untuk itu transformasi sistem energi sebuah keniscayaan karena energi adalah input untuk ekonomi. Dengan meningkatkan energi terbarukan maka ekonomi tumbuh lebih hijau," kata Fabby dalam siaran pers, Minggu (29/8).
Baca Juga: Bappenas siapkan tiga strategi pembangunan rendah karbon
Fabby menambahkan, transisi energi tidak hanya menjadi sebuah wacana apabila strategi dan peta jalannya dimasukkan ke Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) pada tahun-tahun selanjutnya. "Saya kira pemerintah sudah punya intensi ke arah tersebut. Di waktu yang akan datang, intensi tersebut harus dinyatakan dalam rencana, kebijakan yang supportive, anggaran dan dukungan dari BUMN," lanjutnya.
Dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2022, pemerintah menganggarkan subsidi energi sebesar Rp134 triliun, naik 4,3% dibandingkan outlook subsidi energi pada 2021 sebesar Rp128,47 triliun.
Dia menilai alokasi anggaran tersebut belum mencerminkan transformasi energi seperti yang disampaikan Jokowi. "Perlu lebih banyak alokasi anggaran untuk mengakselarasi pembangunan energi baru dan energi terbarukan," ujar Fabby.
Baca Juga: Daftar 5 negara paling santai di dunia, Indonesia di posisi pertama loh!
Anggota Komisi VII DPR Dyah Roro Esti menilai pidato Jokowi mengenai RAPBN 2022 menggambarkan keseriusan pemerintah terhadap transformasi energi. Menurut Esti, pemerintah telah menyiapkan tujuh prioritas nasional tahun 2022, tiga di antaranya mendukung transformasi energi, yakni prioritas pertama, kelima dan keenam.
Prioritas pertama, adalah tentang memperkuat ketahanan ekonomi untuk pertumbuhan yang berkualitas dan berkeadilan, di mana salah satu kegiatannya adalah percepatan transisi energi. Prioritas kelima tentang penguatan infrastruktur untuk mendukung pengembangan ekonomi dan pelayanan dasar, adapun infrastruktur energi dan ketenagalistrikan adalah salah bentuk penguatan tersebut.
Prioritas keenam adalah pelestarian lingkungan hidup, meningkatkan ketahanan bencana, dan perubahan iklim. Salah satu bentuk kegiatannya adalah peningkatan capaian penurunan emisi dan intensitas emisi GRK pada masa pemulihan aktivitas sosial-ekonomi dengan fokus penurunan emisi gas rumah kaca di sektor lahan, industri, dan energi.
"Dari paparan tersebut, dapat kita lihat penjabaran mengenai rencana transformasi pada pidato Presiden. Saya optimistis dan turut mendukung untuk keberlangsungan rencana jangka panjang Indonesia melakukan transformasi ke arah EBT," ucap Esti.
Baca Juga: PLN berpotensi kehilangan Rp 5,7 triliun dari pengembangan PLTS Atap
Selain itu, dalam dokumen Nota Keuangan dan RAPBN 2022, fungsi ekonomi mendapatkan anggaran sebesar Rp 402,4 triliun atau 20,8% dari Belanja Pemerintah Pusat sebesar Rp 1938,4 triliun. Esti menyebut, anggaran ini merupakan kedua terbesar setelah Fungsi Pelayanan Umum dengan porsi 32%.
Esti mengungkapkan, ini juga sebagai komitmen pemerintah dan langkah yang diambil oleh pemerintah dalam mewujudkan transformasi energi khususnya untuk rencana jangka pendek di tahun 2022.
Tak hanya soal anggaran, lanjut Esti, membangun kesadaran terhadap urgensi transformasi ekonomi hijau dan transisi energi adalah hal yang tidak kalah penting untuk bisa mengakselerasi transformasi energi. "Hal ini harus ada pada setiap warga negara Indonesia, baik pemangku kepentingan di pemerintahan maupun masyarakat umum," kata dia.
Baca Juga: BI prediksi inflasi yang rendah pada bulan Agustus 2021
Menurut Esti, dengan adanya kesadaran di berbagai lapisan masyarakat, pelaksanaan proyek-proyek transformasi ekonomi dan transisi energi mendapat dukungan dan terlaksana dengan baik. Esti mengakui bahwa fokus RAPBN 2022 belum pada ekonomi hijau, hal ini mengingat fokus utama pemerintah saat ini ada pada sektor kesehatan sebagai kelanjutan penanganan Covid-19.
"Hal tersebut tidak dapat dapat dipungkiri mengingat kondisi pandemi di Indonesia yang baru saja melewati gelombang kasus yang cukup tinggi," kata Esti.
Meskipun begitu, Esti mengungkapkan RAPBN juga difokuskan untuk penguatan agenda peningkatan SDM yang unggul, berintegritas dan berdaya saing. Pengembangan SDM adalah salah satu kunci transisi energi mengingat teknologi EBT yang cenderung baru dibandingkan energi fosil, maka secara tidak langsung juga mendukung ekonomi hijau dan transisi energi.
Baca Juga: Begini dampak pengembangan PLTS Atap terhadap pendapatan PLN
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News