kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

PLN berpotensi kehilangan Rp 5,7 triliun dari pengembangan PLTS Atap


Jumat, 27 Agustus 2021 / 16:42 WIB
PLN berpotensi kehilangan Rp 5,7 triliun dari pengembangan PLTS Atap
ILUSTRASI. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap


Reporter: Filemon Agung | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) berpotensi kehilangan pendapatan Rp 5,7 triliun dari rencana pengembangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) Atap sebesar 3,6 GW hingga 2025 mendatang.

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengungkapkan, implementasi PLTS Atap yang mencapai 3,6 GW nantinya berdampak pada pengusahaan listrik oleh PLN.

"Dengan target 3,6 GW berpotensi mengurangi pendapatan PLN Rp 5,7 triliun. Angkanya ini bergantung masyarakat memanfaatkan Permen ini," terang Dadan dalam Konferensi Pers Virtual, Jumat (27/8).

Seperti diketahui, Kementerian ESDM kini tengah merevisi Peraturan Menteri (Permen) ESDM Nomor 49 Tahun 2018 jo No. 13/2019 jo No.16/2019 tentang Penggunaan Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap oleh Konsumen PT PLN (Persero).

Kehadiran revisi Permen ESDM ini diharapkan dapat mendorong implementasi PLTS Atap ke depannya.

Baca Juga: Kementerian ESDM targetkan industri PLTS Atap dalam negeri bertumbuh

Dadan menambahkan, ada sejumlah dampak yang timbul dari pengembangan PLTS Atap secara bertahap yang ditargetkan pemerintah.

Sejumlah dampak tersebut antara lain penghematan konsumsi batubara sekitar 3 juta ton, penyerapan tenaga kerja hingga 121.500 orang, peningkatan investasi meliputi pembangunan fisik PLTS sebesar Rp 45 triliun hingga Rp 63,7 triliun dan untuk pengadaan kWh expor-impor sebesar Rp 2,04 triliun hingga Rp 4,08 triliun.

Selain sejumlah dampak tersebut, Kementerian ESDM memproyeksikan ada dampak pada penurunan subsidi dan kompensasi listrik. Dengan penambahan PLTS Atap hingga 3,6 GW maka akan terjadi penurunan BPP listrik sebesar Rp 12,61 kWh.

Besaran tersebut dinilai bakal berdampak pada penurunan subsidi sebesar Rp 900 miliar dan kompensasi sebesar Rp 2,7 triliun.

Pengembangan PLTS Atap dinilai juga bakal mendorong kebutuhan industri akan green product.

"Pergeseran dari industri, ada green product mendukung terciptanya industri yang lebih hijau sebagaimana disampaikan oleh Presiden bahwa salah satu stream utama dari pemulihan ekonomi adalah pengembangan ekonomi hijau," ujar Dadan.

Selain itu, implementasi PLTS Atap secara masif diharapkan dapat berkontribusi pada penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 4,58 juta ton.

Selanjutnya: Kementerian ESDM targetkan pengembangan PLTS Atap capai 3,6 GW secara bertahap

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×