Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Produsen ponsel PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk (TELE) menjalin kerjasama dengan Arima Communications asal Taiwan untuk mendirikan pabrik perakitan ponsel di Indonesia. Kerjasama ini untuk memenuhi aturan kandungan komponen lokal di produk ponsel 4G.
Dalam waktu dekat, kedua perusahaan ini bakal membentuk perusahaan patungan. Kerjasama dilakukan lewat anak usaha PT Adi Reka Mandiri. Tiphone ingin memegang 55% saham di perusahaan patungan ini, sisanya Arima Communications. Tiphone memilih mitra kerjanya ini lantaran berpengalaman memproduksi ponsel android global seperti Motorola, Acer, LG atau NTT DoCoMo.
"Kami menginvestasikan dana US$ 50 juta," kata Tan Lie Pin, Direktur Utama Tiphone Mobile Indonesia, ke KONTAN, Senin (31/8). Rencananya, pabrik akan berdiri di Delta Silikon, Cikarang Jawa Barat di lahan 7.000 meter persegi (m²).
Untuk tahap pembangunan tahap I, Tiphone akan mengeluarkan dana US$ 5 juta–US$ 6 juta. "Pabrik fase 1 akan selesai akhir Desember 2015 mendatang," tambahnya.
Pabrik akan beroperasi mulai Januari 2016 dengan kapasitas awal 300.000 unit per bulan pada enam bulan pertama. Kapasitas akan terus meningkat hingga mencapai satu juta unit per bulan. Pada tahun pertama, kandungan komponen lokal produk ponsel di pabrik ini berkisar 20%. "Akan meningkat beberapa tahun ke depan sesuai aturan pemerintah," jelasnya.
Nantinya, selain memproduksi ponsel cerdas dari beberapa merek, PT Adi Reka Mandiri juga akan memproduksi komponen ponsel untuk industri. Seperti yang juga dilakukan Arima di Fujian, China dan Sao Paolo, Brasil.
Menurut Tan Lie, kerja sama ini merupakan bentuk kepercayaan investor asing terhadap industri ponsel di tanah air. Maklum pasar ponsel di tanah air masih terus menggeliat meski roda ekonomi tengah melambat. Lantaran ponsel kini sudah menjadi kebutuhan pokok sehari–sehari sebagian masyarakat.
"Kami membidik pendapatan sebesar Rp 8 triliun sampai akhir tahun ini," ucap dia. Sayang, Tan Lie Pin tidak merinci lebih detil apakah target pendapatan tersebut khusus untuk penjualan ponsel saja, atau digabung dengan bisnis penjualan voucher isi ulang.
Yang jelas sebagai gambaran, pada tahun lalu perusahaan ini mencatat pendapatan Rp 14,59 triliun. Sekitar 70% berasal dari penjualan voucher dan sisanya baru berasal dari penjualan ponsel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News