Reporter: Dimas Andi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Era jaringan 5G di Indonesia sudah semakin dekat. Tak hanya disambut oleh operator seluler, sejumlah perusahaan penyedia infrastruktur menara telekomunikasi juga menatap kehadiran 5G di Indonesia.
Sekadar informasi, belum lama ini Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menetapkan PT Smartfren Telecom (Smartfren), PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel), dan PT Hutchison 3 Indonesia (Tri Indonesia) sebagai pemenang lelang blok frekuensi 5G.
Direktur Keuangan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) Helmy Yusman menyampaikan, sebagai perusahaan menara telekomunikasi, dapat dipastikan bahwa seluruh menara yang dimiliki TBIG dapat digunakan untuk berbagai macam jaringan, mulai dari 3G, 4G, hingga 5G.
Investasi untuk infrastruktur jaringan 5G pun dinilai lebih banyak dilakukan oleh perusahaan operator telekomunikasi itu sendiri. Pihak TBIG akan menyesuaikan permintaan menara yang datang dari operator telekomunikasi.
Baca Juga: Sejumlah pelaku industri siap-siap masuk ke era-5G
“Kami prediksi bahwa dengan kehadiran 5G pasti para pelanggan akan membutuhkan menara lebih banyak dari sebelumnya,” ujar dia, Senin (28/12).
Menurutnya, layanan 5G akan membutuhkan kualitas jaringan yang lebih kuat. Bukan tidak mungkin, menara-menara base transceiver station (BTS) mesti dibangun dengan jarak yang lebih dekat. Artinya, kebutuhan akan menara bakal lebih banyak seiring kehadiran 5G.
“Sekarang tergantung pesanan operator, apakah mereka akan tambah menara lagi atau tidak,” kata Helmy.
Dalam catatan Kontan, TBIG menargetkan mampu menambah 3.000 penyewa atau tenant per tahun selama periode 2020 dan 2021. Sejak Januari hingga akhir Juni 2020, penambahan penyewa TBIG sudah mencapai 2.517 tenant.
Baca Juga: Sudah ada sejumlah seri Hp OPPO yang dilengkapi perangkat jaringan 5G
Sementara itu, Direktur Utama PT Gihon Telekomunikasi Indonesia Tbk (GHON) Rudolf Parningotan Nainggolan mengatakan, pihaknya bakal mempersiapkan investasi untuk pengembangan dan penambahan menara yang dapat menunjang kebutuhan 5G di Indonesia. Sayangnya, belum dijelaskan secara rinci total investasi GHON untuk hal tersebut.
Yang jelas, manajemen GHON akan mempertimbangkan dengan jeli kondisi pasar dan kebutuhan teknologi sebelum merealisasikan pengembangan menara di masa mendatang. “Tentunya peran pemerintah daerah juga sangat penting untuk keperluan perizinan,” kata dia, hari ini (28/12).
Rudolf menilai, sesuai tender blok frekuensi 5G yang diadakan oleh pemerintah dan pemberlakuan UU Cipta Kerja, maka sudah seharusnya operator seluler pemenang tender tersebut akan mulai membangun infrastruktur 5G di semua daerah yang memiliki pertumbuhan traffic data yang relatif tinggi.
Ia juga menyebut, di daerah yang pasarnya belum tumbuh, pihak operator juga bisa memanfaatkan sharing infrastruktur BTS yang sudah diatur dalam UU Cipta Kerja.
Sebagai informasi, sepanjang tahun 2020 GHON menargetkan jumlah penyewa menara sebanyak 1.150 sampai 1.200 tenant. Di tahun lalu, perusahaan ini mencatatkan penyewa sebanyak 1.011 tenant.
Selanjutnya: Agar efisien, pemerintah harus lakukan spectrum sharing 5G secara nasional
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News