Reporter: Agung Hidayat | Editor: Handoyo .
Angkanya diproyeksi meningkat menjadi lebih dari US$ 3 triliun pada 2023. Dimana pasar makanan dan minuman (mamin) halal, baik untuk populasi Muslim maupun bukan, mencapai US$ 1,3 triliun pada 2017. Kemudian, pasar busana Muslim sebesar US$ 270 miliar.
Untuk bidang media dan rekreasi halal, nilainya US$ 209 miliar, sementara itu, perputaran uang di wisata halal menyentuh US$ 177 miliar. Sektor finansial yang sesuai aturan Islam bernilai US$ 2,43 triliun, sedangkan obat-obatan dan kosmetik halal masing-masing sekitar US$ 87 miliar dan US$ 61 miliar pada 2017.
Sementara itu produsen consumer goods juga tak mau kehilangan kesempatan merebut market besar ini. PT Kino Indonesia Tbk (KINO) misalnya, sejak berlakunya peraturan bahwa semua produk consumer perlu mencantumkan logo halal, perusahaan sudah mengikutinya.
Baca Juga: Pengusaha ingatkan potensi jangka pendek kerugian akibat perjanjian dagang
"Kami sudah mendapatkan sertifikat halal untuk semua produk Kino. Kami menanggapi positif mengenai hal ini karena memberi pilihan yang lebih favorable bagi market," terang Budi Muljono, Direktur Keuangan KINO kepada Kontan.co.id, Kamis (24/10).
Dengan adanya implementasi ini, tentunya industri telah mempersiapkan diri sejak beberapa tahun lalu dan sudah siap untuk menjadi salah satu leading ekspor produk halal.
Hal senada juga disampaikan oleh Vidjongtius, Presiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) yang mengatakan bahwa untuk berlabel halal semua industri berusaha mengikutinya. Hanya saja, untuk produk farmasi masih perlu waktu penyesuaian karena variasi jenis bahan baku obat yang diimpor masih banyak.
Baca Juga: Geliatkan pariwisata halal, BRIsyariah siapkan layanan keuangan syariah terintegrasi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News