Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
Sampai di penghujung tahun 2022 ini belum ada rencana peningkatan kapasitas. Dengan kapasitas saat ini sudah cukup besar untuk memasok produk oleokimia ke berbagai negara tujuan yang digunakan oleh berbagai jenis industri.
Salah satu persoalan dalam peningkatan kapasitas adalah tingginya bunga bank di lndonesia sehingga sumber pembiayaan untuk investasi baru maupun untuk perluasan industri oleokimia di Indonesia menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan negara produsen lainnya seperti Tiongkok, Malaysia dan Uni Eropa.
“Untuk menambah ragam produk baru, pemerintah perlu menambah dana riset di Perguruan Tinggi, BRIN agar riset untuk menghasilkan produk baru dan produk hilir lanjut dapat segera diwujudkan,” jelasnya.
Baca Juga: Apolin sebut dukungan pemerintah turut memperkuat daya saing industri oleokimia
Proyeksi industri oleokimia di tahun 2023 yang akan datang diprediksi volume ekspornya akan mencapai 4,8 juta - 5,1 juta ton dengan estimasi nilai ekspor berkisar US$ 6,2 miliar – US$ 6,4 miliar.
Sedangkan untuk kebutuhan dalam negeri berkisar 1,8 juta - 2,2 juta ton untuk tahun 2023 yang akan datang.
“Pemerintah bersama industri/asosiasi oleochemical lndonesia sudah waktunya untuk memetakan kembali arah hilir lanjut dari oleokimia dasar saat ini. Pertimbangannya adalah agar nilai tambah dan ragam produk hilir lanjut oleokimia tersebut tetap dipegang oleh industri oleokimia Indonesia,” pungkas Rapolo.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News