Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perkembangan industri oleokimia menunjukkan perkembangan positif dalam tiga tahun terakhir. Hal ini tergambarkan dalam data volume dan nilai ekspor produk oleokimia yang dirilis Asosiasi Produsen Oleochemical Indonesia (Apolin).
Ketua Umum Apolin Rapolo Hutabarat mengatakan, merujuk kepada kinerja ekspor produk-oleochemical selama tiga tahun terakhir menunjukkan perkembangan industri oleokimia lndonesia tumbuh positif.
"Faktor penopangnya adalah semua sektor industri yang menggunakan oleokimia meningkat permintaannya termasuk industri sanitasi, kosmetik, farmasi, pariwisata, konstruksi (baja) dan transportasi (ban),” ujar Rapolo dalam keterangannya, Kamis (29/12).
Baca Juga: Targetkan Ekspor Meningkat 11,9%, Industri Oleokimia Hadapi Kendala Harga Gas
Dari data Apolin, volume ekspor oleokimia lndonesia terus bertumbuh dalam tiga tahun ini. Pada 2019, volume ekspor produk oleokimia sebesar 3,18 juta ton dan selanjutnya meningkat menjadi 3,87 juta ton pada 2020.
Memasuki tahun 2021, volume ekspor naik menjadi 4,19 juta ton dan diperkirakan tahun 2022 ini sebesar 4,16 juta ton.
Seiring kenaikan volume ekspor mempengaruhi peningkatan dari segi nilai. Rapolo menjelaskan nilai ekspor produk oleokimia tahun ini diperkirakan mencapai US$ 5,96 miliar.
Ada kenaikan dari tahun 2021 yang sebesar US$ 4,41 miliar dan tahun 2020 sebesar US$ 2,03 miliar.
Rapolo menjelaskan pertumbuhan industri oleokimia ini berkat dukungan pemerintah Indonesia melalui kebijakan gas murah sebesar US$6/MMBTU. Adapula dukungan dari kebijakan tax holiday dan tax allowance.
Baca Juga: GIMNI minta kepastian revisi pungutan ekspor sawit
Namun pelaku usaha berharap adanya dukungan dari sistem logistik nasional karena sampai sekarang ini belum ada kejelasan dari aspek regulasi.
“Pelaku usaha masih menunggu UU Sistem Logistik Nasional yang belum digagas oleh pemerintah maupun legislatif sebagai hak inisiatifnya,” ujar Rapolo.
Rapolo menjelaskan bahwa secara nasional kapasitas olah industri oleokimia lndonesia sepanjang 2022 ini berkisar 60%-65% dan ini perlu ditingkatkan lagi.
Sampai di penghujung tahun 2022 ini belum ada rencana peningkatan kapasitas. Dengan kapasitas saat ini sudah cukup besar untuk memasok produk oleokimia ke berbagai negara tujuan yang digunakan oleh berbagai jenis industri.
Salah satu persoalan dalam peningkatan kapasitas adalah tingginya bunga bank di lndonesia sehingga sumber pembiayaan untuk investasi baru maupun untuk perluasan industri oleokimia di Indonesia menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan negara produsen lainnya seperti Tiongkok, Malaysia dan Uni Eropa.
“Untuk menambah ragam produk baru, pemerintah perlu menambah dana riset di Perguruan Tinggi, BRIN agar riset untuk menghasilkan produk baru dan produk hilir lanjut dapat segera diwujudkan,” jelasnya.
Baca Juga: Apolin sebut dukungan pemerintah turut memperkuat daya saing industri oleokimia
Proyeksi industri oleokimia di tahun 2023 yang akan datang diprediksi volume ekspornya akan mencapai 4,8 juta - 5,1 juta ton dengan estimasi nilai ekspor berkisar US$ 6,2 miliar – US$ 6,4 miliar.
Sedangkan untuk kebutuhan dalam negeri berkisar 1,8 juta - 2,2 juta ton untuk tahun 2023 yang akan datang.
“Pemerintah bersama industri/asosiasi oleochemical lndonesia sudah waktunya untuk memetakan kembali arah hilir lanjut dari oleokimia dasar saat ini. Pertimbangannya adalah agar nilai tambah dan ragam produk hilir lanjut oleokimia tersebut tetap dipegang oleh industri oleokimia Indonesia,” pungkas Rapolo.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News