Reporter: Muhammad Julian | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Tunas Baru Lampung Tbk melanjutkan agenda ekspansi. Tahun ini, emiten berkode saham TBLA tersebut menyiapkan anggaran belanja modal alias capital expenditure (capex) sekitar Rp 800 miliar - Rp 900 miliar untuk membiayai ragam agenda perusahaan.
Corporate Secretary TBLA, Hardy Phan mengatakan, sekitar 50% dari anggaran capex dialokasikan untuk mendanai agenda maintenance, sedang sekitar 50% lainnya untuk ekspansi.
“Sumber pendanaannya biasanya kami kombinasi, 65% dari perbankan, 35% dari (kas) internal, tapi (komposisinya) tergantung proyeknya yang mana,” tutur Hardy dalam acara public expose yang disiarkan virtual pada Rabu (25/5).
Baca Juga: Larangan Ekspor CPO Diperkirakan Akan Berumur Pendek
Tahun ini, TBLA memang memiliki sejumlah agenda ekspansi. Satu di antaranya, yakni ekspansi Pabrik Refined Glycerine berkapasitas 120 ton per hari, sudah rampung. Pabrik yang berlokasi di Way Lunik-Lampung ini sudah beroperasi kurang lebih 1 minggu saat tulisan ini dibuat.
Agenda ekspansi lainnya, TBLA juga membangun Pabrik Re-Esterification PFAD di Way Lunik, Lampung. Pabrik berkapasitas berkapasitas 100 ton per hari itu saat ini sedang dalam tahap commissioning. Harapan TBLA, pabrik ini bisa mulai beroperasi pada awal bulan depan.
Dengan adanya pabrik ini, nantinya TBLA bisa mencampurkan PFAD hasil pabrik dengan bahan baku biodiesel. PFAD yang dihasilkan ini bisa menggantikan RBDPO yang harganya lebih mahal.
Berikutnya, TBLA juga mengagendakan penanaman kebun tebu di Lampung hingga 15.000 hektare. Hingga tulisan ini dibuat, TBLA sudah merealisasikan penanaman seluas kurang lebih 14.000 hektare.
Selain itu, TBLA juga tengah mengawal ekspansi pabrik refinery berkapasitas 2.500 ton per hari dan pabrik biodiesel berkapasitas 1.500 ton per hari di Way Lunik, Lampung.
Dalam rencana TBLA, pabrik refinery tersebut diharapkan bisa rampung pada kuartal pertama tahun 2023, sementara pabrik biodiesel diharapkan bisa selesai di kuartal kedua tahun 2023. “Capex untuk kedua pabrik ini lebih kurang sekitar Rp 300 miliar, tidak terlalu besar,” tutur Hardy.
Menyoal kinerja keuangan, manajemen mengaku tidak menetapkan target tertentu baik untuk pendapatan maupun laba bersih. Meski begitu, TBLA optimistis bisa kembali membukukan pertumbuhan kinerja pada tahun ini.
Tahun lalu volume penjualan TBLA di semua produk kompak mengalami kenaikan dengan dengan persentase yang beragam, yakni di kisaran 6%-55%. Sementara dari sisi harga, produk gula TBLA mengalami penurunan 8% dari sisi harga.
Sisanya kompak naik dari segi harga dengan kenaikan beragam, yakni 17%-128%. Sebagai gambaran, lini produk TBLA bervariasi, mulai dari minyak goreng, margarin, FAME, gula, Stearine, sabun, dan masih banyak lagi.
Baca Juga: Tunas Baru Lampung (TBLA) Akan Percepat Pelunasan Obligasi Senilai Rp 1,299 Triliun
Seturut volume penjualan yang meningkat, TBLA membukukan pertumbuhan usaha sebesar 47,02% secara tahunan atau year-on-year (yoy) dari semula Rp 10,86 triliun di tahun 2020 menjadi Rp 15,97 di tahun 2021.
Dari hasil pendapatan itu, TBLA mengantongi laba tahun berjalan Rp 791,91 miliar di tahun 2021, naik 16,33% dibanding perolehan laba tahun 2020 yang sebesar Rp 680,73 miliar.
“Di tahun 2022 karena kenaikan di 2021 sudah cukup tinggi, maka di 2022 itu kemungkinan tidak akan seperti 2021 yakni sebesar 47% (kenaikan pendapatan), tapi tetap ada kenaikan,” ujar Wakil Presiden Direktur TBLA, Sudarmo Tasmin dalam acara yang sama.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News