Reporter: Agung Hidayat | Editor: Azis Husaini
Produk-produk yang telah dihasilkan dari industri mesin peralatan pendukung ketenagalistrikan di dalam negeri, antara lain komponen utama pembangkit seperti Boiler, Generator, Power Transformator, Gas Insulated Switchgear (GIS), Pompa, Balance of Plant (BOP), Tower Transmisi, Konduktor, Trafo Distribusi, dan Panel Listrik. Saat ini, kebutuhan produk GIS untuk memenuhi kebutuhan transmisi tenaga listrik di Indonesia mencapai sekitar 150 set per tahun dengan nilai TKDN berkisar 10%-35%.
“Kami mengharapkan agar PT. Twink Indonesia High Voltage yang telah bekerja sama dengan Siemens AG dapat melakukan transfer teknologi sehingga daya saing dan kemampuan industri dalam negeri terus meningkat seiring untuk mendukung pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan,” paparnya.
Baca Juga: Kemenperin: Di saat manufaktur gobal melambat, Indonesia justru tumbuh
Saat ini, sebagai strategi peningkatan TKDN dalam Proyek Jaringan Distribusi, PT PLN (Persero) telah melakukan sistem pengadaan terpusat dengan persyaratan utama kualifikasi Daftar Penyedia Terseleksi (DPT) yang terdiri dari pabrikan dalam negeri. Selanjutnya, kami mengharapkan agar PT. PLN (Persero) dapat memberikan apresiasi lebih kepada pabrikan yang memiliki nilai TKDN lebih tinggi.
“Selanjutnya, kami juga mengapresiasi kepada PLN dan Kementerian ESDM yang telah mendorong pelaksanaan program peningkatan produksi di dalam negeri,” ujar Airlangga.
Sementara itu, Kementerian Perindustrian telah mendorong implementasi industri 4.0 di Tanah Air melalui peluncuran dan pelaksanaan peta jalan Making Indonesia 4.0. Di dalam peta jalan tersebut, diharapkan Indonesia bisa menambah pertumbuhan ekonominya melalui dari sektor ekonomi digital.
“Sektor digital itu persyaratannya adalah infrastruktur dan kemarin pemerintah sudah dorong melalui infrastruktur Palapa Ring sampai ke wilayah timur. Jadi, sekarang dari Sabang sampai Merauke sudah dilengkapi infrastruktur digital dengan jaringan fiber optic,” ungkapnya.
Direktur PT. Twink Indonesia, Stanley Milikan menyampaikan, pihaknya telah membuat produk-produk ketenagalistrikan sejak awal tahun 1970-an, mulai dari produk sederhana, produk yang berkapasitas 20 kv hingga akhirnya membuat produk tegangan tinggi.
Baca Juga: Minyak goreng wajib pakai kemasan, Menperin: Jangan sampai ke konsumen tidak sehat
“Sebetulnya di segmen tegangan tinggi ini, kami sudah memproduksi Transmission Tower sejak 1973 dan kami juga sedang membuat tiang listrik beton pratekan,” sebutnya.
Pada tahun 1979, teknologi produksi PT. Twink Indonesia terus berkembang, yang diadopsi dari Jerman. "Kami jadi produsen alat-alat listrik dan supplier alat-alat listrik ke PLN. Kami juga merupakan kontraktor dalam konstruksi transmisi gardu induk. Bahkan, kami juga pernah membangun PLTU di Lombok dan di Sumbawa," ungkapnya.
Melalui kerja samanya dengan Siemens AG, para tenaga kerja PT. Twink Indonesia akan mendapatkan pelatihan oleh Siemens AG, baik di Jerman maupun di Indonesia. Upaya strategis ini guna meningkatkan kompetensi sumber daya manusia yang dimilikinya sehingga dapat memacu produktivitas dan kualitas.
“Kami sudah mengirimkan satu tim untuk ikut di dalam training di Jerman selama 11 bulan. Siemens akan memberikan akses kepada supply chain mereka di seluruh dunia sehingga kita bisa mendapatkan komponen yang paling kompetitif,” imbuhnya.
Baca Juga: Menteri BUMN Rini ajak lima BUMN garap proyek tambang di Madagaskar
CEO Switching Product Siemens AG, Dr. Ulf Kachinsky mengemukakan, pihaknya telah melihat bahwa Pemerintah Indonesia benar-benar berkomitmen dalam penerapan industri 4.0. Selain itu, fokus juga terhadap upaya pengoptimalan nilai tambah dan konten lokal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News