kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Uji coba Google Loon masih terganjal perizinan


Rabu, 18 Januari 2017 / 14:04 WIB
Uji coba Google Loon masih terganjal perizinan


Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Uji coba proyek Google Loon meleset dari harapan. Sebelumnya, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara menargetkan dapat melakukan uji coba pada 2016. Hanya saja, proyek tersebut masih terganjal perizinan. Akibatnya, sampai dengan berganti tahun, proyek tersebut belum terlaksana.

Sejatinya, Kominfo berharap proyek tersebut bisa menjadi salah satu alternatif dalam menunjang industri telekomunikasi, terutama dalam menyelesaikan masalah koneksi internet yang sangat terbatas di daerah terpencil. Google Loon digadang-gadang efektif digunakan pada geografis pegunungan seperti Papua. "Karena alat ini, melayang di udara dan memanfaatkan frekuensi radio," ujar Noor Iza, Plt Kepala Biro Humas Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Selasa (17/1).

Dia mengatakan, proyek tersebut melibatkan perizinan Kementerian Perhubungan, karena akan memanfaatkan stasiun udara. Masalah perizinan menurut Noor menjadi faktor utama yang membuat proyek tersebut tersendat. "Kalau siap, nanti operator telekomunikasi di tanah air yang akan mengoperasikan," imbuhnya.

Kominfo juga menyangkal, keterlambatan ini berkaitan langsung dengan persoalan Google di Indonesia. Kabar mengenai gencarnya pemerintah menarik pajak dari perusahaan tersebut, bukan menjadi masalah. "Gak ada hubungannya, karena ini beda anak perusahaan Google," kata Noor. Untuk itu, dia yakin masalah pajak bukan menjadi faktor utama.

Sementara itu, Kementerian Perhubungan belum mengesahkan perizinan operasi dari proyek tersebut. Sebabnya, perlu ada koordinasi dengan kementerian lainnya. Diantaranya dengan Kementerian Pertahanan untuk mendapatkan security clearance. Selain itu juga harus mendapatkan diplomatic Cclearance yang dikeluarkan oleh Kementerian Luar Negeri.

"Baru kemudian jika ada jaminan keselamatan atas pengoperasian balon-balon tersebut terhadap penerbangan sipil, Kemhub dapat memberi approval," terang Bambang S. Ervan, Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Perhubungan, Selasa (17/1).

Dia melanjutkan, nantinya akan banyak balon-balon yang bertebaran di udara. Untuk itu perlu melihat sisi keamanan pengoperasian balon tersebut. Sebelum mengeluarkan flight clearance, pihaknya harus memastikan security clearance dan diplomatic clearance. "Harus menunggu mereka, karena Kemhub bertanggung jawab masalah operasional penerbangannya, baik keselamatan maupun keamanan penerbangan," katanya.

Pengoperasian balon Google ini memang perlu perhitungan matang. Sebab, ini juga terkait dengan stabilitas nasional. "Dugaan saya karena banyak aspek yang harus diperhatikan, seperti alat penerbangan dan untuk telekomunikasi masalah spektrum dan lisensi," ujar Taufik Hasan Anggota BRTI Bidang Kebijakan Publik ke KONTAN.

Asal tahu saja, balon internet ini nanti bakal mengudara setinggi 20 km dengan klaim bisa menciptakan jaringan nirkabel berkecepatan setara 3G. Di proyek ini, Google menggandeng beberapa operator telekomunikasi domestik yang punya frekuensi yakni Telkomsel, XL Axiata, dan Indosat Ooredoo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×