kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ultra Jaya Milk (ULTJ) mulai mengembangkan peternakan lokal


Senin, 14 Januari 2019 / 18:02 WIB
Ultra Jaya Milk (ULTJ) mulai mengembangkan peternakan lokal


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Pemerintah sebelumnya menargetkan industri lokal mencaplok 40% dari kebutuhan susu domestik pada tahun 2025 nanti. Demi mencapai target tersebut, pemerintah juga menargetkan peningkatan konsumsi susu menjadi 23 Liter per kapita pada tahun 2025.

Mengenai hal tersebut, produsen minuman olahan susu PT Ultra Jaya Milk Industry & Trading Company Tbk (ULTJ) mengapresiasi positif hal tersebut. "Seandainya 40% dari kebutuhan susu ini berasal dari peternak lokal, industri pengolahan susu (IPS) akan tetap siap untuk menerimanya," ujar Muhammad Muthassawar, General Manager Public Relations ULTJ kepada Kontan.co.id, Senin (14/1).

Lebih lanjut, pria yang disapa Azwar ini mengungkapkan realitasnya saat ini kebutuhan susu nasional masih sekitar 20%-25% berasal dari peternak lokal sedangkan sebagian besar sisanya dari pembelian impor. Perbandingan saja, katanya, pada 2017 produksi lokal kira-kira sebanyak 920.000 ton.

Tak ingin bergantung pada impor saja, ULTJ mulai menggalakkan peternakan susu dalam negeri. Untuk itu perseroan telah berancang-ancang melakukan pengembangan proyek peternakan sapi perah milik PT Ultra Sumatera Dairy Farm (USDF) di Berastagi, Sumatera Utara, entitas usaha yang 69% sahamnya dimiliki ULTJ.

"Peternakan brastagi sudah menerima sapi dari Australia sejak 2 oktober 2018 dan secara bertahap akan bertambah populasi sapi," terang Azwar. Rencananya tahap pertama 2019 ini beroperasi dengan 2.000 sapi perah, dengan rencana jangka panjang mencapai 6.000 sapi perah.

Pengembangan peternakan selain ditujukan untuk meningkatkan produksi susu segar di indonesia, sebagian besarnya untuk memenuhi kebutuhan bahan baku ULTJ. Mengenai besaran porsinya antara pembeli diluar entitas dengan induk usaha, Azwar belum dapat menerangkan detilnya disebabkan peternakan masih dalam proses pengembangan sehingga perlu evaluasi produktivitas terlebih dahulu.

Adapun dana pengembangan peternakan tersebut diperoleh dari anggaran belanja modal alias capital expenditure tahun 2019 ini yang senilai Rp 65 miliar, selain pengembangan peternakan capex digunakan juga untuk pembelian mesin baru dan pembangunan kantor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×