Reporter: Pamela Sarnia | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Sekali lagi, importir motor gede melempar handuk putih. Terbaru, PT Mabua Harley-Davidson dan PT Mabua Motor Indonesia mengakhiri keagenan motor besar asal Amerika Serikat, Harley-Davidson, di Indonesia.
Penghentian kerjasama ini berlaku mulai 31 Desember 2015. Mabua mengklaim mundur dari bisnis diler motor Harley ini akibat lesunya bisnis motor gede.
Irvino Edwardly, Director Sales & Marketing Mabua Harley-Davidson, menyatakan, penjualan Harley terus turun. Bahkan tahun 2014, "Penjualan turun 50%," ungkapnya kepada KONTAN, kemarin (5/2).
Tapi dia tak memerinci detilnya. Berdasarkan riset KONTAN, tahun lalu, Mabua menargetkan penjualan 400-500 unit Harley. Sampai menjelang tutup tahun, penjualannya kurang dari 300 unit.
Secara umum, Direktur Utama PT Mabua Motor Indonesia, Djonnie Rahmat menyebutkan dua kendala seretnya penjualan motor gede. Yakni, lonjakan pajak motor besar, dan tekanan kurs rupiah. Ihwal beban pajak, Mabua melihat sejumlah aturan yang menjadi penyebabnya.
Pertama, Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No 175/PMK.011/2015 tentang Kenaikan Tarif Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 22 untuk importir dari 2,5% menjadi 7,5%.
Kedua, Peraturan Pemerintah (PP) No 22/2014 tentang Kenaikan Pajak Penjualan Barang Mewah dari 75% menjadi 125%.
Ketiga, PMK No 90/PMK.03/2015 tentang Penetapan Tarif Pajak Penghasilan (PPh) 22 Barang Mewah untuk Motor Besar Berkapasitas di atas 500 cc. Dari semula 0% menjadi 5% dari harga.
Keempat, PMK No 132/PMK.010/2015 tentang Kenaikan Tarif Bea Masuk Motor Besar, dari semula 30% menjadi 40%. "Total pajak impor motor besar 300%, belum termasuk bea balik nama dan lain-lain," kata Djonnie dalam penjelasan tertulis yang diterima KONTAN, Jumat (5/2).
Selain terganjal aturan, importir motor gede ini juga tertekan pelemahan kurs rupiah terhadap dollar Amerika. "Rupiah melemah sekitar 40% sejak tahun lalu," ungkapnya.
Ia menyatakan, Mabua akan memberikan layanan purna jual dan penjualan suku cadang untuk beberapa bulan mendatang. Namun, dia tak menjelaskan kelanjutan after sales service Harley.
Kisah hengkangnya Harley menambah kelabu cerita bisnis otomotif di Tanah Air. Bulan lalu, Ford Motor Indonesia menutup diler dan keagenannya di Indonesia.
Akhir tahun 2015, PT Supermoto Indonesia juga menutup keagenan motor Ducati. Kini, keagenan Ducati diambil oleh Grup Garansindo. Kabar yang beredar, Grup Garansindo juga akan memungut keagenan Harley-Davidson.
Benarkah? KONTAN belum mendapat konfirmasi dari Garansindo. Sementara Mabua tak menyebutkan siapa penggantinya. "Saya tidak tahu," kata Irvino.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News