Reporter: Femi Adi Soempeno, Bloomberg |
MUMBAI. Suplai kopi di pasar global kemungkinan akan menyusut setelah eksportir India memprediksikan adanya penundaan panenan karena curah hujan yang berkepanjangan. Padahal, India merupakan negara yang mengembangkan kopi terbesar ketiga di Asia. Tak hanya itu, di Vietnam, negara penghasil kopi robusta terbesar, produksi kopi juga diprediksikan merosot. Dus, dua faktor ini yang bakal berpotensi menggiring peningkatan harga.
Panenan India kemungkinan baru akan dimulai pada pertengahan November, tiga minggu mundur dari masa panen biasanya. Hal ini ditegaskan oleh Ramesh Rajah, President Coffee Exporters Association of India dalam wawancaranya, Jumat (29/10). Secara terpisah, Nguyen Van An, anggota Vietnam Coffee and Cocoa Association menyebutkan, produksi kopi di negaranya juga diprediksikan anjlok 3% menjadi 1,1 juta metrik ton di tahun 2010-2011.
Gangguan cuaca ini diperkirakan akan menyurung harga kopi arabika yang telah melesat ke level tertingginya dalam 13 tahun terakhir pada minggu ini; dan juga harga kopi robusta ke level yang paling tinggi dalam lebih dari 2 tahun ini. Peningkatan harga kopi ini disebabkan oleh cuaca yang tak seperti biasanya di Amerika Latin dan Vietnam, dan adanya penundaan pengiriman di Santos Port Brazil telah mengikis persediaan.
"Harga kopi kemungkinan akan terus meningkat sampai cuaca kembali normal di Brasil maupun Vietnam," kata Rajah.
Harga kopi aerabika menyentuh US$ 2,046 per pound di ICE Futures U.S. di New York pada 26 Oktober 2010 lalu; dan kontrak untuk pengiriman Desember menyentuh US$ 1,966 kemarin. Sedangkan harga kopi robusta juga telah naik menjadi US$ 1.975 per metric ton di NYSE Liffe di London kemarin; level yang paling tinggi sejak 6 Oktober 2008.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News