Reporter: Muhammad Julian | Editor: Yudho Winarto
Menurut catatan Aryo, hingga kini sudah sekitar lebih dari setengah toko-toko vapestore milik anggota yang ditutup seiring mewabahnya corona di Indonesia. Hal ini terjadi terutama di daerah-daerah yang sudah mendapat imbauan pengurangan aktivitas luar rumah dari pemerintah daerah setempat seperti misalnya Jakarta, Bogor, dan Bali.
Sebagai gambaran, saat ini anggota APVI memiliki lebih dari 1.000 anggota. Keseribu anggota ini terdiri dari produsen, peritel, distributor, importir, dan lain-lain.
Seiring dengan adanya penutupan sejumlah vapestore, penjualan rokok elektrik di bulan Maret 2020 diperkirakan anjlok hingga sekitar 80%. Akibatnya, penjualan rokok elektrik selama tiga bulan penuh di awal tahun 2020 diperkirakan merosot hingga lebih dari 50% dibanding periode sama tahun lalu.
Menurut Aryo, sejumlah upaya antisipasi sebenarnya sudah dilakukan oleh anggota asosiasi untuk meminimalisir gangguan bisnis yang diakibatkan corona. Salah satu upaya mitigasi yang dilakukan di antaranya dengan menggenjot penjualan via online.
Baca Juga: Asosiasi vape dorong keberadaan regulasi utuh terkait produk rokok elektrik
Aryo pun tidak memungkiri, penjualan melalui kanal online sebenarnya sempat terungkit seiring adanya penutupan berbagai vapestore.
Namun demikian, menurutnya kenaikan penjualan yang dilakukan secara daring tidak begitu besar dan belum bisa mengangkat penjualan pada tiga bulan penuh di kuartal pertama tahun ini.
“Memang pembelian vape di industri vape ini lebih banyaknya di offline, orang yang beli itu lebih suka datang ke toko vapestore agar bisa memilih dan mencicipi produk,” terang Aryo.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News