kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Virus corona ikut jangkiti pasar rokok elektrik


Kamis, 02 April 2020 / 20:40 WIB
Virus corona ikut jangkiti pasar rokok elektrik
ILUSTRASI. Industri Rokok Elektrik: Pramuniaga menjelaskan produk rokok elektri JUUL di gerai Pacific Place, Sabtu (20/7). Hingga saat ini, industri rokok elektrik telah memiliki 300 produsen likuid, lebih dari 100 produsen alat dan aksesoris, lebih dari 150 distrib


Reporter: Muhammad Julian | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tiga bulan pertama tampaknya menjadi periode yang berat bagi pelaku industri rokok elektrik. Berdasarkan perkiraan Asosiasi Vaporizer Indonesia (APVI), penjualan rokok elektrik di sepanjang kuartal I tahun ini anjlok hingga lebih dari 50% dibandingkan periode sama tahun lalu seiring mewabahnya virus corona (Covid-19) di Indonesia.

Ketua APVI Aryo Andrianto berujar penjualan rokok elektrik sebenarnya sempat menunjukan tren yang positif pada dua bulan pertama tahun ini. Menurut hitungan Aryo, penjualan rokok elektrik pada bulan Januari bahkan meningkat sekitar 30% bila dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya.

Baca Juga: Ada corona, NCIG Indonesia Mandiri akan terus luncurkan varian rasa baru

Pertumbuhan penjualan di bulan Januari dan Februari didorong oleh distribusi penjualan rokok elektrik yang lebih baik dibanding kuartal I 2019. Maklum saja, penjualan rokok elektrik di dua bulan pertama sudah ditunjang oleh jaringan distribusi ritel modern seperti minimarket, dan sebagainya.

Sementara pada tiga bulan pertama tahun 2019 lalu, distribusi penjualan rokok elektrik belum dilakukan melalui jaringan ritel modern.

“Kita kan mulai ada di convenient store itu baru pertengahan tahun 2019 sebenarnya, jadi sekarang penyebarannya sudah lebih baguslah,” kata Aryo kepada Kontan.co.id, Kamis (2/4).

Namun demikian, tren penjualan rokok elektrik kemudian melesu pada pertengahan bulan Maret 2020 lalu seiring semakin parahnya penyebaran wabah corona di Indonesia. Hal ini terjadi seiring dengan semakin banyaknya jumlah toko-toko rokok elektrik vapestore yang ditutup sementara secara sukarela.

Baca Juga: Alasan Mengapa Vape Bisa Jadi ‘Jembatan’ Sebelum Berhenti Merokok

Menurut catatan Aryo, hingga kini sudah sekitar lebih dari setengah toko-toko vapestore milik anggota yang ditutup seiring mewabahnya corona di Indonesia. Hal ini terjadi terutama di daerah-daerah yang sudah mendapat imbauan pengurangan aktivitas luar rumah dari pemerintah daerah setempat seperti misalnya Jakarta, Bogor, dan Bali.

Sebagai gambaran, saat ini anggota APVI memiliki lebih dari 1.000 anggota. Keseribu anggota ini terdiri dari produsen, peritel, distributor, importir, dan lain-lain.

Seiring dengan adanya penutupan sejumlah vapestore, penjualan rokok elektrik di bulan Maret 2020 diperkirakan anjlok hingga sekitar 80%. Akibatnya, penjualan rokok elektrik selama tiga bulan penuh di awal tahun 2020 diperkirakan merosot hingga lebih dari 50% dibanding periode sama tahun lalu.

Menurut Aryo, sejumlah upaya antisipasi sebenarnya sudah dilakukan oleh anggota asosiasi untuk meminimalisir gangguan bisnis yang diakibatkan corona. Salah satu upaya mitigasi yang dilakukan di antaranya dengan menggenjot penjualan via online.

Baca Juga: Asosiasi vape dorong keberadaan regulasi utuh terkait produk rokok elektrik

Aryo pun tidak memungkiri, penjualan melalui kanal online sebenarnya sempat terungkit seiring adanya penutupan berbagai vapestore.

Namun demikian, menurutnya kenaikan penjualan yang dilakukan secara daring tidak begitu besar dan belum bisa mengangkat penjualan pada tiga bulan penuh di kuartal pertama tahun ini.

“Memang pembelian vape di industri vape ini lebih banyaknya di offline, orang yang beli itu  lebih suka datang ke toko vapestore agar bisa memilih dan mencicipi produk,” terang Aryo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×