Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo .
Regina menambahkan, pihaknya sudah mewanti-wanti penurunan volume OB yang diraih DOID jelang akhir tahun lalu. Lebih khusus di bulan Desember kemarin yang mana perusahaan hanya meraih volume OB sebesar 20,3 juta bcm. Jumlah tersebut turun 28,5% (mom) dan 35,5% (yoy).
Selain terpengaruh fluktuasi harga batubara di pasar, bulan Desember lalu curah hujan 1,7 kali lebih tinggi ketimbang bulan sebelumnya. Bahkan, curah hujan di Desember kemarin lebih tinggi ketimbang semua bulan di tahun 2018 silam.
"Akhirnya di bulan tersebut kami hanya memenuhi target yang tersisa di tahun ini," ungkap Regina.
Manajemen DOID masih merumuskan target-target kinerja operasional untuk tahun ini. Ada kemungkinan di akhir Februari dan Maret manajemen DOID baru akan mengumumkan target tersebut.
Baca Juga: Harga Saham Bisa Turun di Jangka Pendek, Investor Sebaiknya Wait and See
Begitu pula dengan rencana ekspansi bisnis DOID yang untuk saat ini belum bisa dijabarkan. Kendati begitu, Regina mengindikasikan kebutuhan belanja modal alias capital expenditure (capex) perusahaan berada di kisaran US$ 100 juta di tahun ini.
Yang jelas, salah satu pekerjaan rumah sedang diurus DOID adalah perpanjangan kontrak jasa pertambangan dengan kedua pelanggannya, yakni Kideco Jaya Agung dan Berau Coal. Kontrak DOID dengan Kideco bahkan sudah selesai pada akhir tahun kemarin. Adapun kerja sama DOID dengan Berau Coal akan berakhir di akhir tahun ini.
Catatan Kontan, manajemen DOID masih membahas perpanjangan kontrak tersebut secara intensif. Kegiatan operasional DOID di wilayah tambang Kideco juga masih berjalan normal kendati kontraknya telah habis.
"Pada dasarnya kami berharap akan ada kepastian perpanjangan kontrak ini pada semester pertama," terang Regina, Selasa (14/1).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News