kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Wabah Covid-19 menggeser tren konsumen di seluruh dunia


Kamis, 13 Agustus 2020 / 18:14 WIB
Wabah Covid-19 menggeser tren konsumen di seluruh dunia
ILUSTRASI. Suasana di gerai penjualan pakaian di pusat perbelanjaan di Depok, Minggu (26/7). Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) memproyeksikan sepanjang 2020 pertumbuhan ritel hanya akan mencapai sekitar 3-3,5% atau melemah dibandingkan pertumbuhan tahun l


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Merebaknya wabah Covid-19 mengakibatkan bergesernya tren konsumen pada tahun 2020 ini. Pembatasan sosial, karantina, dan terbatasnya interaksi langsung antara penyedia layanan dan penggunanya berujung pada berubahnya pola belanja, prioritas, dan pilihan pelanggan yang akan terus berlanjut setelah Covid-19 selesai.

Pandemi Covid-19 berujung pada naiknya tiga tren utama di dunia pada tahun ini: Personal Wellness (atau kondisi sehat keseluruhan pribadi), Personal Technology (teknologi pribadi), dan Institutional Trust (kepercayaan terhadap institusi). Tren-tren ini berpengaruh besar pada pilihan konsumen dan memiliki dampak jangka panjang.

“Tren adalah pergeseran perilaku, pemikiran, dan pilihan menuju satu titik yang terukur,” jelas direktur eksekutif Avant-Guide Institute, Daniel Levine pada acara MDRT Virtual Event 2020 beberapa waktu lalu.

Baca Juga: Daftar 10 negara masuk jurang resesi ekonomi akibat pandemi corona

Ia menjelaskan bahwa perubahan tren ini tidak bersifat sementara dan konsumen yang sudah terbiasa dengan pola interaksi dan belanja selama Covid-19, kemungkinan besar akan melanjutkan pola yang sama setelah wabah ini berakhir.

Tren Personal Wellness adalah tren dimana kesehatan atau kondisi baik seseorang secara keseluruhan lebih diperhatikan. Tren ini meliputi layanan kesehatan, kendaraan pribadi, rancang bangun gedung dan perkotaan, dan hal-hal lain yang bersentuhan langsung dengan konsumen.

“Sebagai contoh, perusahaan mobil Tesla mulai mengiklankan bahwa mobil mereka adalah mobil teraman yang tersedia di pasaran saat ini.  Ini menunjukkan bahwa konsumen mobil mulai menaruh pilihan pada fitur-fitur keamanan dibandingkan fitur lainnya,” ujar Daniel.

Ia mengemukakan bahwa tren ini juga mulai diadopsi layanan keuangan dengan investasi-investasi yang lebih sehat dan asuransi kesehatan, industri arsitektur dengan rancang bangun gedung yang ramah lingkungan dan juga sehat untuk para penghuninya, dan tata ruang perkotaan di mana kota-kota mulai memfokuskan regulasi dan pengaturan tata ruang untuk memaksimalkan kesehatan fisik dan mental masyarakatnya.

Sementara itu tren Personal Technology sudah dimulai lama dengan merebaknya penggunaan smartphone. Namun penggunaan teknologi pribadi ini meningkat pesat karena terbatasnya ruang gerak masyarakat yang dilanda pembatasan sosial, karantina, dan lock down.

“Banyak orang yang memilih untuk bekerja dari rumah (work from home), telemedicine (layanan kesehatan jarak jauh), dan belanja online karena mereka ingin membatasi interaksi mereka dengan orang lain,” kata Daniel dalam paparannya.

Walaupun tren ini terpaksa dilakukan karena pembatasan sosial, banyak konsumen yang mulai merasa nyaman dan mudah menggunakan teknologi pribadi mereka untuk bekerja, belanja, dan mencari hiburan. Tren ini juga tidak akan berubah banyak setelah wabah selesai.

Baca Juga: Meski melambat, kinerja bank asing masih stabil

“Di masa depan, acara-acara seperti konferensi MDRT ini akan menjadi acara hybrid: Peserta yang memilih untuk datang langsung tetap bisa datang, namun dukungan teknologi untuk peserta yang tidak bisa atau tidak ingin datang langsung akan menjadi salah satu bagian utama sebuah acara,” lanjutnya.

Tren ketiga yang muncul saat ini adalah menurunnya kepercayaan konsumen terhadap institusi-institusi dunia.

Sebuah riset yang dilakukan Deloitte dan Accenture menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan publik terhadap institusi-institusi publik seperti layanan keuangan, media, perusahaan-perusahaan besar, dan sistem pengadilan menurun drastis.

Penurunan ini disebabkan oleh banyaknya hoax atau berita palsu, kesalahan, dan penanganan pandemi yang dirasa kurang baik.

“Transparansi, kejujuran, dan keterbukaan akan menjadi kunci suksesnya industri di dunia pasca Covid-19,” jelas Daniel. Ia melanjutkan bahwa masyarakat sekarang ini memiliki akses informasi yang luar biasa luas, hingga institusi-institusi yang berusaha menyembunyikan kesalahannya akan segera menjadi sorotan.

Asosiasi profesional layanan keuangan internasional Million Dollar Round Table (MDRT) akan mengadakan konferensi global untuk membahas perkembangan industri dan layanan finansial di seluruh dunia di tengah terpaan pandemi Covid-19.

Baca Juga: Arti resesi, dampak, penyebab, dan pertumbuhan minus ekonomi RI

Konferensi daring ini meningkatkan pengetahuan dan kemampuan para anggota MDRT untuk terus memberi nasihat dan layanan terbaik pada para nasabah mereka dan terus menumbuhkan usaha mereka di tengah ketidakpastian yang melanda dunia. Acara bertajuk MDRT Virtual Event 2020 ini akan dimulai pada 3 Agustus 2020.

“Wabah COVID-19 yang tengah melanda dunia makin menekankan pentingnya anggota-anggota MDRT memanfaatkan jejaringnya untuk saling mendukung perkembangan profesional dan pribadi para anggota,” jelas Presiden MDRT Regina Bedoya, CLU, ChFC.

Ia menambahkan bahwa acara kolaboratif ini telah para anggota terus meningkatkan performa dan menjaga pertumbuhan usaha sambil membantu nasabah-nasabah mereka mengarungi masa-masa penuh tekanan ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×