Reporter: Fitri Nur Arifenie | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. PT Pertamina (Persero) berencana untuk menaikkan harga elpiji kemasan 50 kilogram (kg) sebesar 10% pada akhir Juni. Saat ini harga elpiji kemasan 50 kg mencapai Rp 7.500 per kg atau sekitar Rp 375.000 per tabung.
Dengan kenaikan 10%, maka harga elpiji kemasan 50 kg menjadi Rp 8.250 per kg atau sekitar Rp 412.500 per tabung. Kenaikan itu untuk menekan kerugian yang diderita oleh Pertamina karena menjual elpiji non subsidi lebih murah dari harga produksinya.
Juru bicara Pertamina, Mochamad Harun bilang, meski harga elpiji naik pada akhir Juni ini, harga tersebut masih belum bersifat keekonomian. Harga elpiji keekonomian saat ini adalah Rp 9.000 per kg. Namun, kenaikan itu diharapkan tidak memperbesar kerugian Pertamina.
Pada tahun ini, Pertamina memperkirakan kerugian akibat penjualan elpiji non subsidi mencapai Rp 4,7 triliun. Dengan kenaikan 10%, Pertamina diharapkan mampu menekan kerugian hingga menjadi Rp 2 triliun.
"Permintaan elpiji kemasan 50 kg dari industri sebenarnya tinggi sekali tapi kita tahan pasokannya. Karena kalau kita penuhi semua, maka ruginya bisa tambah besar," tutur Harun.
Seperti diketahui, Pertamina selalu merugi akibat dari penjualan elpiji non subsidi. Tahun lalu, Pertamina mengalami kerugian sebesar Rp 3,2 triliun elpiji non subsidi. Apalagi dengan kenaikan permintaan elpiji non subsidi, Pertamina khawatir kerugian makin besar.
Merujuk kepada data Pertamina, sepanjang kuartal I/2011 Pertamina menargetkan menjual elpiji kemasan 12 kg dan 50 kg sebesar 0,23 juta metrik ton (mt). Realisasinya, Pertamina menjual sebanyak 0,29 juta mt. Hingga akhir tahun, Pertamina menargetkan menjual 0,90 juta metrik ton.
"Untuk elpiji kami targetkan untung Rp 1,3 triliun. Tapi belum tercapai karena konversi belum selesai. Harga elpiji dan biaya operasi juga meningkat," kata Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina, Djaelani Sutomo belum lama ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News