Reporter: Benedictus Bina Naratama | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Kemandirian Indonesia di sektor energi terus dipertanyakan. Sebab produksi energi terus disalip oleh pertumbuhan konsumsi masyarakat.
Dan itu tidak hanya pada minyak, defisit produksi juga akan terjadi pada gas. Diprediksikan, pada 2023 nanti, Indonesia juga akan menjadi pengimpor gas.
Direktur Pembinaan Usaha Hulu Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Naryanto Wagimin mengatakan, total sumber daya gas di Indonesia mencapai 150,39 triliun standar kaki kubik (TSCF). Itu terdiri dari 101,54 TSCF cadangan terbukti dan 48,85 TSCF cadangan potensial. Namun, produksi gas di Indonesia diprediksi bakal mengalami penurunan.
''Kalau dari sisi suplai gas Indonesia, sepertinya akan terjadi defisit. Sebab, proyek-proyek blok gas banyak yang delay. Kalau sudah seperti itu, Indonesia harus mengimpor gas untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri,'' tutur Naryanto, Selasa (14/10).
Dia merinci, saat ini terdapat lima proyek blok migas yang bakal menjadi tulang punggung pasokan gas nasional. Antara lain, Blok Muara Bakau oleh ENI yang ditargetkan on stream di 2017, proyek IDD oleh Chevron di 2018, proyek Masela oleh Inpex di 2020 dan proyek Tangguh train 3 pada 2020.
''Lalu ada proyek Natuna D-Aplha yang rencananya on stream 10 tahun setelah proyek dimulai,'' ujarnya.
Disisi lain, lanjut Naryanto, konsumsi gas Indonesia akan terus meningkat pada 2017. Dengan kondisi tersebut, kesenjangan antara pasokan dan permintaan bakal semakin besar. Pada 2024, kesenjangan tersebut bakal menembus angka 4 juta mmscfd.
''Kalau sudah seperti itu, impor gas dalam bentuk LNG (Liquefied natural gas) sudah tak bisa dihindarkan lagi. Kecuali ditemukan cadangan gas baru yang besar,'' imbuhnya.
Dalam jangka pendek, satu-satunya solusi yang disiapkan oleh pemerintah adalah mengubah alokasi gas dengan memprioritaskan kebutuhan domestik. Salah satunya, dengan tak melanjutkan kontrak ekspor gas yang bakal berakhir sebelum 2023.
''Kalau ada kontrak gas yang terminasi, kami akan usahakan untuk kebutuhan domestik. Misalnya, kontrak Blok Arun ke Jepang. Itu akan habis dalam waktu dekat,'' pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News