Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Berinvestasi properti di Manila, Filipina, sama menariknya dengan Jakarta, Indonesia. Menurut hasil riset Global Property Guide, pasar properti Manila semakin berkembang pesat, sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Nasional yang mencapai 5,7% pada kuartal I 2014.
Bahkan, mengutip The Philipine Star, Barclays memprediksi pertumbuhan ekonomi negara yang baru saja dihantam topan Haiyan tersebut akan mencapai 6,5 persen tahun ini. Hal tersebut pada gilirannya memicu peningkatan daya konsumsi, terutama untuk sektor properti.
Associate Director Knight Frank Indonesia, Hasan Pamudji, menguatkan, kondisi ekodemografi Manila memang hampir sama dengan Jakarta. Kedua kota mengalami pertumbuhan pesat. Bukan saja di satu subsektor, melainkan seluruh jenis properti.
"Baik apartemen, perkantoran, hotel, pusat belanja, terlebih perumahan, kedua kota saling bersaing. Lonjakan properti pun terjadi sama-sama setelah krisis 2008 silam," papar Hasan kepada Kompas.com, Senin (8/9/2014).
Menurut Hasan, selain pertumbuhan ekonomi yang berdampak pada peningkatan jumlah kelas menengah beserta daya belinya, hal lain yang ikut mendongkrak kedua kota ini tampil sebagai pilihan investasi adalah derasnya arus dana asing yang masuk ke dalam negeri.
"Dana asing yang parkir di pasar modal maupun industri ikut memengaruhi pertumbuhan properti secara signifikan. Sehingga menciptakan pertambahan pasar ekspatriat lebih luas," tutur Hasan.
Pertumbuhan tercermin dari harga rerata apartemen strata tiga kamar tidur yang melonjak 13,4 persen selama kuartal I 2014, menjadi 3.043 dollar AS atau setara Rp 35,6 juta. Sementara harga rerata apartemen strata kelas serupa di Jakarta lebih tinggi yakni Rp 48 juta per meter persegi.
Memang, masih jauh di bawah rerata harga apartemen di Singapura yang sudah melesat jauh di angka 31.250 dollar AS (Rp 357,1 juta) per meter persegi, atau Bangkok yang mencapai 9.234 dollar AS (Rp 105,5 juta) per meter persegi, dan Kuala Lumpur bertengger di angka 5.882 dollar AS (Rp 67,2 juta) per meter persegi.
Meski demikian, Jakarta mencatat pertumbuhan harga tertinggi yakni sekitar 27 persen. Sementara Manila menawarkan potensi pertumbuhan yang tak kalah menarik, sekitar 17 persen.
Transformasi
Menurut Global Property Guide, perbaikan ekonomi, pertumbuhan pesat dalam investasi asing, dan pemerintahan yang reformis meningkatkan kepercayaan pasar terhadap properti Filipina. Sejak Benigno Aquino III menjadi presiden pada bulan Juni 2010, gerakan anti-korupsi sangat gencar dan telah mengampanyekan good governance yang telah memukau para investor asing dan memicu melonjaknya kepercayaan konsumen.
Meningkatnya investasi, ditambah suku bunga rendah, telah menumbuhkan harga apartemen menjadi 36,4% (18,9% disesuaikan dengan inflasi) sejak kuartal ketiga 2010 sampai kuartal I 2014.
Harga properti meroket tajam sebesar 113,3% (34,1% secara riil) selama satu dekade 2004-2014. Karena pencapaian ini, properti Filipina berada di urutan kelima tertinggi kenaikan harga di dunia selama kuartal I 2014.
Hanya, seperti halnya Jakarta, Manila didera berbagai kendala yang menghambat semakit pesatnya pertumbuhan properti. Kendala tersebut adalah pasar kredit yang relatif terbelakang, dan kebanyakan properti ditawarkan secara pre-sales sebelum terbangun. Pembeli properti juga menghadapi biaya tinggi transaksi, korupsi dan birokrasi, sertifikat ganda dan palsu, dan praktik membangun dengan kualitas di bawah standar. (Hilda B Alexander)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News