kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.482.000   11.000   0,75%
  • USD/IDR 15.490   -65,00   -0,42%
  • IDX 7.496   -47,74   -0,63%
  • KOMPAS100 1.161   -10,37   -0,89%
  • LQ45 930   -7,66   -0,82%
  • ISSI 225   -1,75   -0,77%
  • IDX30 479   -4,07   -0,84%
  • IDXHIDIV20 576   -4,59   -0,79%
  • IDX80 132   -1,10   -0,82%
  • IDXV30 142   -0,97   -0,68%
  • IDXQ30 160   -1,14   -0,70%

Waktu tunggu Tanjung Priok harus diperbaiki segera


Jumat, 10 Januari 2014 / 21:22 WIB
Waktu tunggu Tanjung Priok harus diperbaiki segera
ILUSTRASI. Lemon adalah salah satu obat diare anak alami


Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Kinerja Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II terus mendapat sorotan. Kali ini datang dari asosiasi kepelabuhanan yang terdiri dari  Asosiasi Logistik Indonesia (ALI), Asosiasi Perusahaan Pelayaran Indonesia (INSA) dan Kamar Dagang Indonesia (Kadin). Salah satu hal yang menjadi sorotan adalah persoalan waktu tunggu kontainer (dwelling time).

"Sudah jadi jadi rahasia umum dwelling time di pelabuhan Tanjung Priok menjadi penyumbang tingginya ongkos logistik di Indonesia," papar Akbar Djohan, Ketua Komite Tetap Logistik bidang Regulasi dan SDM Kadin, kemarin (10/12).

Menurutnya kondisi dwelling time yang melonjak cukup drastis dari 4,8 hari pada Oktober 2010 menjadi 8-10 hari di tahun 2013 sudah meresahkan kalangan pengusaha. Saat ini pelabuhan Tanjung Priok menguasai 70% arus keluar masuk barang dan jasa.

Hal itulah yang kemudian meresahkan kalangan pengusaha pelayaran karena tidak ada kepastian bagi pemilik barang karena proses pengeluaran yang cukup lama. Kata dia, selain kerugian material, pada akhirnya citra perusahaan Indonesia pun menjadi buruk.

Akbar menilai upaya perbaikan yang dilakukan pemerintah maupun Pelindo II sebagai pengelola hingga kini tidak membuahkan hasil. Pelabuhan Kalibaru maupun pelabuhan Cilamaya yang kini tengah digadang-gadang sebagai alternatif solusi untuk membenahi persoalan dwelling time pun dianggap tak membuahkan hasil. Kata dia, pelabuhan Kali Baru hingga ini prosesnya masih 20%, sedangkan Cimalamaya dalam 5 tahun kedepan juga belum tentu terealisasi.

Zaldi Ilham Masita, Ketua Umum ALI mengaku mengkhawatirkan akan terulangnya kembali penumpukan barang seperti yang terjadi pada saat lebaran tahun lalu. Menurutnya jika sejak awal tahun tak diambil langkah antisipasi maka cerita lama akan kembali terulang.

Pelindo II harusnya sudah mulai melakukan pemisahan terhadap ekspor dan impor di pelabuhan Tanjung Priok. "Bahkan kalau perlu pelabuhan Banten dan Cikarang Dry Port harus diefektifkan pengunaannya," imbuhnya.


Dalam kesempatan itu, Suyono, Anggota Bidang Angkutan Kontainer INSA meminta agar dwelling time tersebut segera ditekan hingga angka 3 hari. Menurutnya Indonesia seharusnya mencontoh sistem pengelolaan pelabuhan di Singapura. Kata dia, Indonesia saat ini menduduki peringkat 75 dari kualitas pelabuhannya. Bahkan tertinggal dari Thailand.

Selain meminta perbaikan tingkat dwelling time, asosiasi kepelabuhanan juga meminta agar Dirut PT Pelindo II RJ Lino mundur dari jabatannya. Menurut mereka sebagai pemimpin  Lino telah gagal memberikan perbaikan pada kualitas pelabuhan Tanjung Priok.

Selama tahun 2013, asosiasi justru melihat berbagai masalah yang muncul. Bahkan ia pun meminta agar menteri BUMN Dahlan Iskan melakukan segera melakukan pergantian pucuk pimpinan Pelindo II.

Sementara itu, hingga berita ini diturunkan, pihak Pelindo II belum bisa dimintai tanggapan. Pesan singkat dan telepon yang dilayangkan Kontan kepada Dirut PT Pelindo II tidak mendapatkan balasan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×