kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Walau sudah ada tren pemulihan, pasar ban diperkirakan tetap terkoreksi


Senin, 05 Oktober 2020 / 20:03 WIB
Walau sudah ada tren pemulihan, pasar ban diperkirakan tetap terkoreksi
ILUSTRASI. Stan ban mobil GT Radial produksi PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL). KONTAN/Daniel Prabowo/25/10/2013


Reporter: Muhammad Julian | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis ban mulai menggelinding di kuartal ketiga setelah sempat tertahan pada kuartal sebelumnya. Salah satu katalis datang dari penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang melonggar di sejumlah di sejumlah wilayah.

Ketua Asosiasi Pengusaha Ban Indonesia (APBI) Aziz Pane mengatakan, utilisasi produksi ban nasional saat ini telah mencapai angka 80%. Angka tersebut lebih tinggi bila dibandingkan dengan angka utilisasi produksi nasional pada semester pertama tahun ini yang hanya mencapai 60%. “Dengan tidak adanya PSBB di daerah, kelihatannya ekonomi daerah membaik,” kata Aziz saat dihubungi Kontan.co.id pada Senin (5/10).

Pandangan serupa juga disampaikan oleh sejumlah pemain. Managing Director PT Bridgestone Tire Indonesia (BTI), Mukiat Sutikno mengatakan, angka permintaan ban di pasar sudah mulai berangsur pulih meski belum menyamai angka permintaan normal. 

Baca Juga: Tingkatkan transaksi, ShopeePay bidik transaksi pembayaran digital di 531 outlet Plan

Berdasarkan catatan Mukiat, permintaan segmen pasar tertentu, yakni pabrikan alias original equipment manufacturer (OEM) memang masih jauh dari kata pulih. Bila dibandingkan dengan angka permintaan  normal saat wabah pandemi corona (covid-19) belum merebak di Indonesia pada kuartal pertama tahun ini, angka permintaan ban dari segmen OEM baru mencapai 20%-25%.

Meski begitu, pemulihan yang lebih pesat dijumpai pada  segmen pasar penggantian alias replacement market untuk pasar domestik serta pasar ekspor. Pasalnya, angka permintaan ban di segmen pasar replacement domestik saat ini sudah mencapai sekitar 70%-80% dari angka permintaan normal, sementara angka permintaan ban untuk pasar ekspor bisa mencapai 80%-90% dari angka normal untuk beberapa negara tujuan ekspor.

“Tren pemulihan permintaan di beberapa negara Asia Pasifik seperti Australia dan Malaysia sangat baik,” kata Mukiat kepada Kontan.co.id, Senin (5/10).

Senada, Sekretaris Perusahaan PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL), Kisyuwono menyampaikan, pihaknya mendapati adanya tren kenaikan permintaan ban di kuartal III tahun ini. Ia mengaku belum bisa mengungkapkan seberapa besar kenaikan yang dimaksud, namun yang jelas ia mengungkapkan bahwa kenaikan permintaan didorong oleh tren pemulihan, baik di segmen OEM maupun replacement. 

“Pasar replacement (aftermarket) juga pulih lebih cepat dari OEM. Untuk OEM, peningkatan paling besar ada pada kategori ban sepeda motor,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (5/10).

Baca Juga: Duh! Penurunan penjualan mobil di Indonesia terburuk di ASEAN

Terlepas dari adanya tren pemulihan, Aziz memperkirakan bahwa permintaan ban sampai tutup tahun nanti masih belum bisa menyamai realisasi tahun lalu. Sebaliknya, permintaan ban sampai tutup tahun diperkirakan akan terkoreksi. “Penurunannya bisa double digit, cuman kami belum menghitung berapa persisnya,” kata Aziz.

Pandangan serupa juga dikemukakan oleh Mukiat. Tak pelak, BTI terpaksa merevisi target penjualan yang semula telah ditetapkan.

Oleh karenanya, yang bisa dilakukan oleh BTI saat ini adalah memaksimalkan penjualan ke semua segmen pasar, termasuk di antaranya ke segmen pasar replacement yang saat ini permintaannya relatif lebih baik dibanding OEM. 

Untuk memuluskan rencana tersebut, BTI akan menawarkan beberapa promo penjualan seperti misalnya dengan menawarkan program gratis pemasangan alias free installment untuk menarik minat pelanggan.  “Kebetulan kami juga memiliki keunggulan jangkauan penjualan, jumlah outlet kami secara nasional mencapai lebih dari  330 outlet,” ujar Mukiat.

Selain itu, BTI juga telah merambah penjualan digital dengan menggandeng Blibli sebagai mitra e-commerce pada September 2020 lalu. Meski diperkirakan belum akan berkontribusi signifikan dalam total penjualan, cara tersebut dinilai cukup membantu meningkatkan penjualan.

Sementara itu, dengan adanya pelemahan pasar ban, Kisyuwono memproyeksikan bahwa penjualan GJTL sampai tutup tahun berpotensi menurun sebesar 15%-20% bila dibandingkan dengan realisasi tahun lalu. 

Baca Juga: Harga SUV awal Oktober di balai lelang, Pajero Sport hanya Rp 100 jutaan

Sebagai perbandingan, penjualan bersih GJTL pada tahun 2019 tercatat sebesar Rp 15,93 triliun. Dus, hitungan Kontan.co.id, penjualan bersih GJTL diperkirakan hanya akan mencapai Rp 12,75 triliun - Rp 13,54 triliun di sepanjang tahun 2019i. Sepanjang Januari-Juni 2020 lalu, penjualan bersih GJTL sudah mencapai Rp 5,92 triliun.

Pada kondisi yang demikian, GJTL menyatakan akan terus melakukan upaya efisiensi untuk mengimbangi penjualan yang turun. “Perseroan terus mendorong langkah-langkah efisiensi dalam segala aspek operasionalnya,” kata Kisyuwono.

Selanjutnya: Mengapa penyerapan anggaran insentif pajak masih minim?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×